Monday, October 16, 2006

All the Love in the World

Sabtu pagi, 05.30
Aku masih asyik memperhatikan ibuku yang siap-siap mau kembali ke Jakarta. Sebuah pikiran melintas, “Apa ikut aja ya ke Serpong. Pasar buku udah sering, reuni sekolah belum jelas jadi apa ngga, take home test bisa dikerjain di Serpong.” Akhirnya, aku memutuskan untuk pulang.

Sabtu pagi, 05.45
Duduk dengan manis menuju Cihampelas, setelah membuat keputusan singkat tentang buku-buku apa saja yang kira-kira akan kuperlukan. Aku mulai bergantung dengan perpustakaan kecilku di Bandung. Kebanyakan pola pikirku terbentuk oleh buku-buku itu, dan meski di Serpong juga ada banyak buku, buku-buku itu asing. The Other Path, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Pendidikan Kaum Tertindas menjadi pilihanku. Selain sebuah buku fiksi yang masih belum sempat kubaca.

Ayah dan kakakku belum tau aku akan pulang. Bahkan setengah jam sebelum naik mobil yang membawaku ke Cihampelas, aku sendiripun tidak tau kalau aku akan pulang. Banyak yang bilang aku cinta pada kekacauan, dan yeah, asalkan semua berakhir dengan baik, kenapa tidak? Dan itu terbukti ketika aku sampai di rumah.

Kegembiraan dapat berkumpul kembali tak dapat digantikan oleh kata-kata. Sekadar bercerita, atau menghabiskan waktu bersama tanpa kata-kata merupakan momen yang yang indah. Apalagi ibuku hari Minggu berulangtahun. Kakakku menghadiahkan ibuku sebuah harmonika yang membuat suasana rumah kian ceria. Meski aku harus menyelesaikan essay 10 halaman, aku tetap merasa gembira.

Malam hari, kami makan malam bersama, di mall yang dipadati orang-orang belanja. Melengkapi ritual berjalan-jalan, dengan mampir ke Gramedia, yang disudahi dengan mencari roti pentung.

Sang Maha Kasih,
terimakasih

2 comments:

Anonymous said...

Ya, Terima kasih,
terima kasih yg benar,

karena gak banyak orang yg
bisa punya kehidupan seindah itu,

bahkan, belom pernah lihat harmonika!!!

konon niup atau beli [harmonika ditiupkan?]
:P

selamat hari raya idul fitri

dei
---

Cheshire cat said...

Selamat hari raya idul fitri juga.

Terima kasih juga karena mau menyapa dan meninggalkan beberapa patah kata.

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...