Aku udah harus mulai menulis tesis, tapi gara-gara kemarin baru ganti tesis(lagi), otakku masih rada blank dengan tema baru ini. Gambaran besarnya sih udah dapet, ngga jauh-jauh dari bahan bacaanku, dan minatku mengamati manusia, tapi dari segi standar ilmiah, bahan bacaanku masih kurang banget. Kalau judulnya fiksi, bisa aja aku ngarang cukup panjang, masalahnya tesis adalah paduan antara kreativitas dan metode ilmiah. Alhasil, aku harus banyak baca sumber-sumber lain.
O iya, aku sedikit mengalami shock culture di ilmu sosial. Di matematika segalanya bisa dikembalikan pada definisi dan asumsi yang digunakan, sedangkan di ilmu sosial untuk mencari definisi dari satu kata aja ribetnya minta ampun. Biasanya kalau udah kaya gitu pendekatannya jadi filosofis deh, ya mulai dari melihat sisi epistemologisnyalah, ontologisnyalah, dll. Nah, begitu pula ketika mau menulis tentang komunitas ilmuwan. Pertama, ilmuwan itu apa sih? Makhluk botak berkacamata tebal, yang mengeluarkan teori-teori yang tidak dipahami orang awam, atau sebenarnya ilmuwan itu profesi juga, sama kaya tukang sapu jalanan. Jadi kalau ada orang yang bingung ngeliatin integral, sama aja dengan orang ngga ngerti seninya menyapu jalan yang bersih gimana. Kedua, kenapa ilmuwan menjadi isue yang penting, apa nilai penting ilmuwan dibanding profesi lain. Apakah karena mereka minoritas, dan memiliki akses tertentu ke sumber pengetahuan dan berimplikasi pada kekuasaan? Atau sebenarnya ilmuwan di Indonesia itu serba memprihatinkan. Sebagai orang yang well educated, mereka diharapkan untuk membuat perubahan, tapi dari segi dana riset mereka ngga didukung. Ketiga, mereka penting ngga sih? Ok, gelar Ph.D, bisa ngomong merujuk pada beragam buku, teori-teorinya canggih, tapi selanjutnya apa?
Aku termasuk orang yang senang belajar. Bagiku, pengetahuan itu menarik, dan gara-gara itu gayaku mempelajari sesuatu divergen banget(udah gitu dapet dosen yang divergen juga lagi, dan operasi pengalian divergen x divergen = konvergen ngga berlaku, hiksss). Gaya ini aku temui juga dibeberapa ilmuwan, terutama yang murni, dari biografi-biografi yang aku baca. Jadi mempelajari relasi, dan karakter komunitas ilmuwan bagiku menarik banget, karena jadi lebih bisa mengenali diriku sendiri dan jadinya personal banget. Tapi bagi orang yang beda gaya, bagiku juga ngga masalah. Toh, tiap orang memiliki peran masing-masing dalam kehidupan ini jadi bagi yang ngga suka baca buku beratus-ratus halaman, just relax and find what is your mission in this world.
Relativist banget ya? Kayanya aku sedikit terpengaruh ama buku strukturalisnya Charon deh. Di buku itu kebebasan seseorang ngga ada, bahkan individu ngga ada yang ada hanyalah komunitas. Dosenku cerita, beliau pernah sampai ada di fase itu. Hii..., serem juga, trus waktu aku tanya dimanakah posisi Tuhan dalam sosiologi, lagi-lagi dilihatnya hanya sebagai 'implikasi' struktur sosial. Haiya, jadi kaya dualitas gelombang-partikel deh, kalau ada adzan bisa jadi gelombang, tapi kalau lagi meneliti jadi partikel.
Yang paling aman, memang dualitas dulu, sebelum dapat pegangan yang kuat, aku diskritkan aja kedua bagian ini.
3 comments:
Wah, Yut apakah lapangan bolanya bisa dijadikan meja pingpong dulu; artinya apakah segala sesuatunya bisa lebih fokus. Misal vision, goal & objectivenya diperjelas dulu.
Kalau bicara soal komunitas ilmuwan atau ilmuwan mungkin terpaksa pertama harus dicari definisinya dulu sebagai pijakan awal dan kemudian bisa dilakukan survey di kalangan yang tergolong ilmuwan. Banyak metoda menunjukkan perlu melibatkan orang banyak seperti Delphi method, technology foresight dll.
Dari situ diharapkan dapat diketahui apa itu ilmuwan dan ciri2nya. Pertanyaan berikutnya tentu so what ? Mungkin perlu kita tentukan berikutnya goal dan objectivenya, misal "Peran dan mekanisme pemberdayaan ilmuwan di Indonesia" agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia (karena rasanya bangsa kita tidak maju2).
Mudah2an dapat sedikit memberi manfaat untukmu sahabatku.
Sahabatmu selalu.
Saran yang bagus sekali. Yuti, beruntung sekali dirimu memiliki sahabat sepert ini.
Sebenarnya pertanyaan penelitian dan tujuan penelitiannya masih berubah karena memang belum terjun langsung. Sebagai awal, aku mmang sudah mulau beberapa studi literatur dari berbagai sudut pandang. Jadi akalu udah penelitian lapangan, aku bisa melihat sudut apa yang kira-kira paling cocok digunakan.
Makasih atas sarannya
Post a Comment