Fyuuhhh... minggu ini rusuh banget. Persiapan nikahan sepupu, ujian, persiapan workshop, rapat Berkala, acara film, memenuhi target tulisan dan .... bernapas. Benar-benar kejar-kejaran dengan waktu, dan kalau udah pulang kerja bawaannya pengen langsung tidur aja. Eh, ngga sedramatis itu juga kali ya, minggu ini aku masih sempat jalan ke Alisha, TB Hendra, nonton satu film panjang, main sama Muis, dan ngobrol tanpa batas waktu, jadi mungkin masih lumayan seimbang.
Ngga tau juga kapan seseorang dikatakan overload(well, mungkin kalau sampai lupa hal-hal detil seperti yang kulakukan tadi pagi), atau berjuang. Hihi, jadi berasa heroik gimana gitu... abisnya kan semua yang kulakukan sekarang mewakili idealisme, pragmatisme, dan kondisi yang kuhadapi. Kalaupun waktu ngga mengijinkan, akhirnya aku harus membuat prioritas. Nah, prioritas ini yang susah, soalnya aku ngga tau mau jadi apa. Jadi selagi bisa, aku coba aja semua.
Thursday, June 28, 2007
Wednesday, June 27, 2007
Motivasi
Kalau dipikir-pikir udah lama juga aku ngga menulis serius. Padahal waktu di math, aku rajin ngirim tulisan ke koran, pas masuk ke studi pembangunan malah vakum. Entah karena ketika masuk ke dalam baru nyadar bahwa masalah yang dihadapi kompleks banget, atau energi menulisnya habis buat nulis kertas(paper?). Tapi kemarin jadi satu tulisan, hipiii... Kayanya gara-gara pas ngobrol kemaren pembimbingku berubah jadi super baik, huahaha, ide-ide di kepalaku jadi mengalir lancar.
Apa hubungannya coba? Hihi, dengan kata lain motivasiku untuk melakukan sesuatu lebih banyak dipengaruhi oleh orang lain. Waktu menyelesaikan TA aja, aku lebih mikirin bagaimana agar pembimbingku ngga pusing ngeliatin aku yang ngga bisa presentasi dan ngomong. Kebayang ngga, aku udah ngabisin satu papan tulis dengan penurunan rumus, trus baru pas selesai beliau bilang koq aku-nya ngga ngomong. Aku jawab aja, "Kan, Bapak udah ngerti(dengan ekspresi ngga bersalah)."
Sekarang juga aku menjalankan penelitian dengan motivasi biar orang lain senang, dan kalau orang lain senang aku juga ikut senang. Motivasi dari dalam apa ya? Sederhananya sih aku cuma ingin semua orang bahagia, dan itu dimulai dari orang yang ada di sekelilingku. Kalau untuk penelitian, arahannya menjadi bagaimana agar akses ekonomi dapat berlaku lebih simetris. Salah satu contoh pembukaan akses ini dilakukan oleh Hernando de Soto dengan sistem extra-legalnya.
Apa hubungannya coba? Hihi, dengan kata lain motivasiku untuk melakukan sesuatu lebih banyak dipengaruhi oleh orang lain. Waktu menyelesaikan TA aja, aku lebih mikirin bagaimana agar pembimbingku ngga pusing ngeliatin aku yang ngga bisa presentasi dan ngomong. Kebayang ngga, aku udah ngabisin satu papan tulis dengan penurunan rumus, trus baru pas selesai beliau bilang koq aku-nya ngga ngomong. Aku jawab aja, "Kan, Bapak udah ngerti(dengan ekspresi ngga bersalah)."
Sekarang juga aku menjalankan penelitian dengan motivasi biar orang lain senang, dan kalau orang lain senang aku juga ikut senang. Motivasi dari dalam apa ya? Sederhananya sih aku cuma ingin semua orang bahagia, dan itu dimulai dari orang yang ada di sekelilingku. Kalau untuk penelitian, arahannya menjadi bagaimana agar akses ekonomi dapat berlaku lebih simetris. Salah satu contoh pembukaan akses ini dilakukan oleh Hernando de Soto dengan sistem extra-legalnya.
Tuesday, June 26, 2007
Eksperimen Sosial
Dengan ini eksperimen sosial yang terkait dengan beberapa postingan terakhir di blog ini aku nyatakan selesai. Hasil eksperimen menunjukan angka kepastian 60%(angka yang turun dari langit), dan Yuti sudah merasa cukup puas.
Mohon maaf kalau ada yang tersinggung.
Salam damai,
Yuti :)
Mohon maaf kalau ada yang tersinggung.
Salam damai,
Yuti :)
Monday, June 25, 2007
Sore
Yup, hari udah sore, dan lagi ngga ada kerjaan, jadi nulis deh. Hihi, iseng banget ya, nulis tapi ngga tau apa yang mau nulis. Tadi pagi kuliah kebijakan, siangnya bebas. Jadi aku minjem buku banyak-banyak dari perpus, Rip, Bijker, dan Drucker. Dua yang pertama beraliran STS, yang terakhir manajemen. Di rakku, buku beraliran manajemen ngga ada, tapi sebagai perbandingan kayanya perlu juga melihat dunia luar.
Ngomong-ngomong tentang dunia luar, aku sampai mules ketika mengikuti Indonesia 2030 sabtu kemarin. Banyak permasalahan yang ditabrakan begitu rupa, dan gelisah yang sudah beberapa tahun lalu kutinggalkan kembali menyergap. Aaarrgh!! Benar-benar bikin lelah.
Sore harusnya sama dengan pulang ya??
Ngomong-ngomong tentang dunia luar, aku sampai mules ketika mengikuti Indonesia 2030 sabtu kemarin. Banyak permasalahan yang ditabrakan begitu rupa, dan gelisah yang sudah beberapa tahun lalu kutinggalkan kembali menyergap. Aaarrgh!! Benar-benar bikin lelah.
Sore harusnya sama dengan pulang ya??
Friday, June 22, 2007
Apa sih??
Uggghhhh, apa sih maksudnya nanya pembimbingku siapa. Kemarin aku ngasih transkrip juga biar ngga ngelangkahin.
Udah deh bakar aja tuh transkrip.
Udah deh bakar aja tuh transkrip.
Menulis
Sekarang aku sudah mulai menulis tesis, langsung bab 3 dan bab 4. Tadinya mau bab 4 dulu aja, tapi karena teori-teori yang mau aku gunakan masih belum matang, jadi aku barengin aja. Teori yang sudah pasti aku gunakan adalah Teori Jejaring Aktor, tapi masih belum puas, soalnya teori itu banyak unsur pembimbingku, dan muatan personalnya jadi ilang. Enaknya dikembangin kemana ya?
Btw, ternyata menulis tesis itu susah, bahasanya kaku banget, dan aku jadi ngantuk. Whooaammm... abis subuh tadi ngga tidur lagi, karena lagi semangat-semangantnya nulis, ngga taunya di depan kompie otakku hang.
Btw, ternyata menulis tesis itu susah, bahasanya kaku banget, dan aku jadi ngantuk. Whooaammm... abis subuh tadi ngga tidur lagi, karena lagi semangat-semangantnya nulis, ngga taunya di depan kompie otakku hang.
Thursday, June 21, 2007
Tesis
Sipirillliii... tadi email langsung dibales, dan otomatis langsung semangat. Huehehe, ternyata ganti suasana emang perlu ya. Dan kalau seperti ini aku lebih memilih yang progresif. Hmm.. mungkin ngga sepenuhnya tepat seperti itu sih, kebanyakan juga aku yang menentukan arah penelitian, tapi tetap aja berasa lebih maju. Apalagi belakangan ini mood bimbingan menurun drastis. Jadi cari variasi dulu.
Pertanyaan penelitianku adalah: bagaimana penyebaran pengetahuan mengenai bioenergi dalam relasi perguruan tinggi-industri-pemerintah? Dari kedua narasumberku, sudah terlihat ada trayektori yang berbeda. Narasumber yang pertama, cenderung membuat jejaring dengan melibatkan perguruan tinggi-pemerintah-industri, sedangkan yang kedua pendekatannya lebih ke arah perguruan tinggi-industri. Yang mana yang bagus, belum bisa dipastikan, soalnya dari kedua trayektori ini harus dilihat dampak berantai yang ditimbulkannya. Siapa saja pihak yang diuntungkan, bagaimana prospek jangka panjangnya, wacana-wacana apa saja yang ditimbulkan, aliansi-aliansi apa saja yang dilakukan agar pengaruhnya bisa membesar, intermediary yang digunakan, dll.
Beberapa pertanyaan yang kemudian muncul adalah mungkinkah sebuah usaha bisa dilepaskan dari pemerintah? Soalnya kalau melihat jejeraing yang dibuat oleh narasumberku yang kedua, beliau lebih banyak menjalin kerjasama dengan pihak luar. Sedangkan untuk yang triple helix peran pemerintah masih dianggap, meski hanya sebatas pemberi restu. Selain keduanya, adalagi aktor-aktor yang awalnya cukup dominan dalam pengembangan bioenergi, namun belakangan terdengar kabar mau dibubarkan yaitu timnas BBN. Perannya dalam membuat kebijakan dan koordinasi antara aktor-aktor yang terlibat dengan pengembangan tidak begitu terdengar.
Menarik. Tapi langkah penelitian selanjutnya apa ya? Tampaknya harus mulai keluar kampus, dan menghadiri forum-forum yang lebih besar. RNI, KEI, KUD...
Btw, kayanya aku melakukan persekongkolan deh... aku perlu advice, dan tuu..t perlu informasi. So, terjalinlah kerjasama yang saling menguntungkan. Dengan menggunakan terminologi Callon dalam menelaah translasi, hubungan kerjasama ini bisa digambarkan sebagai berikut:
1. Problematisasi: Pengembangan Bioenergi
2. Kepentingan: aku->tesis, tuu..t-> proyek.
3. Enrolment: email
4. Mobilisasi: bersama-sama memenuhi kepentingan masing-masing.
NB: koq jadi anti-human gini ya??!! Salahin aja tuh market system yang pandangannya materialisme. Huh:(
Pertanyaan penelitianku adalah: bagaimana penyebaran pengetahuan mengenai bioenergi dalam relasi perguruan tinggi-industri-pemerintah? Dari kedua narasumberku, sudah terlihat ada trayektori yang berbeda. Narasumber yang pertama, cenderung membuat jejaring dengan melibatkan perguruan tinggi-pemerintah-industri, sedangkan yang kedua pendekatannya lebih ke arah perguruan tinggi-industri. Yang mana yang bagus, belum bisa dipastikan, soalnya dari kedua trayektori ini harus dilihat dampak berantai yang ditimbulkannya. Siapa saja pihak yang diuntungkan, bagaimana prospek jangka panjangnya, wacana-wacana apa saja yang ditimbulkan, aliansi-aliansi apa saja yang dilakukan agar pengaruhnya bisa membesar, intermediary yang digunakan, dll.
Beberapa pertanyaan yang kemudian muncul adalah mungkinkah sebuah usaha bisa dilepaskan dari pemerintah? Soalnya kalau melihat jejeraing yang dibuat oleh narasumberku yang kedua, beliau lebih banyak menjalin kerjasama dengan pihak luar. Sedangkan untuk yang triple helix peran pemerintah masih dianggap, meski hanya sebatas pemberi restu. Selain keduanya, adalagi aktor-aktor yang awalnya cukup dominan dalam pengembangan bioenergi, namun belakangan terdengar kabar mau dibubarkan yaitu timnas BBN. Perannya dalam membuat kebijakan dan koordinasi antara aktor-aktor yang terlibat dengan pengembangan tidak begitu terdengar.
Menarik. Tapi langkah penelitian selanjutnya apa ya? Tampaknya harus mulai keluar kampus, dan menghadiri forum-forum yang lebih besar. RNI, KEI, KUD...
Btw, kayanya aku melakukan persekongkolan deh... aku perlu advice, dan tuu..t perlu informasi. So, terjalinlah kerjasama yang saling menguntungkan. Dengan menggunakan terminologi Callon dalam menelaah translasi, hubungan kerjasama ini bisa digambarkan sebagai berikut:
1. Problematisasi: Pengembangan Bioenergi
2. Kepentingan: aku->tesis, tuu..t-> proyek.
3. Enrolment: email
4. Mobilisasi: bersama-sama memenuhi kepentingan masing-masing.
NB: koq jadi anti-human gini ya??!! Salahin aja tuh market system yang pandangannya materialisme. Huh:(
Debat
Kalau ada cermin yang bisa diajak diskusi kayanya asyik. Dan itulah yang kulakukan kalau sedang berdebat, mengambil sisi oposan dari apa yang aku yakini, kemudian menguji ideku sendiri pada orang lain. Sayangnya, kadang sisi oposan itu lebih dominan, sehingga ideku sendiri lebih banyak tidak memperoleh dukungan. Parahnya lagi, tak ada sesuatu yang mutlak jika awal dan akhir tak jauh berbeda. Memang hidup tak selinier penggaris, dan pandangan deterministik pun kini kalah pamor dengan holistik, tapi tetap aja diperlukan suatu parameter baku.
Wednesday, June 20, 2007
Bosan
Makin lama kuliah jadi makin ngga menarik, akibatnya tiap kali kuliah aku selalu bawa buku lain buat mengusir bosan. Hmm... mana di bawah ini yang merupakan hubungan sebab akibat:
a. Jika kuliahnya tidak menarik, maka Yuti menjadi bosan.
b. Jika Yuti bosan, maka Yuti membaca buku lain saat kuliah.
c. Karena buku lebih menarik daripada kuliah, maka Yuti membaca buku.
d. Karena Yuti bosan di Studi Pembangunan(SP), maka semua kuliah di SP jadi membosankan.
e. Karena Yuti belum tau mau jadi apa, makanya SP menurut Yuti membosankan.
Dengan menggunakan prinsip pengambilan kesimpulan p->q, q->r, jadi p->r, dan mereposisikan pernyataan-pernyataan di atas, diperoleh tiga aliran/trayektori yang menyebabkan Yuti melakukan aksi membaca buku saat kuliah:
1. Karena Yuti belum tau jadi apa, maka Yuti membaca buku lain saat kuliah (e->d->b)
2. Jika kuliah tidak menarik, maka Yuti membaca buku lain saat kuliah (a->b)
3. Karena buku lebih menarik daripada kuliah, maka Yuti membaca buku. (c)
Kira-kira alasan apa ya yang dominan, apakah ketiganya merupakan syarat perlu, atau bisa komplementer?
NB: yang merasa bersalah karena tadi cuek banget di kelas:(
a. Jika kuliahnya tidak menarik, maka Yuti menjadi bosan.
b. Jika Yuti bosan, maka Yuti membaca buku lain saat kuliah.
c. Karena buku lebih menarik daripada kuliah, maka Yuti membaca buku.
d. Karena Yuti bosan di Studi Pembangunan(SP), maka semua kuliah di SP jadi membosankan.
e. Karena Yuti belum tau mau jadi apa, makanya SP menurut Yuti membosankan.
Dengan menggunakan prinsip pengambilan kesimpulan p->q, q->r, jadi p->r, dan mereposisikan pernyataan-pernyataan di atas, diperoleh tiga aliran/trayektori yang menyebabkan Yuti melakukan aksi membaca buku saat kuliah:
1. Karena Yuti belum tau jadi apa, maka Yuti membaca buku lain saat kuliah (e->d->b)
2. Jika kuliah tidak menarik, maka Yuti membaca buku lain saat kuliah (a->b)
3. Karena buku lebih menarik daripada kuliah, maka Yuti membaca buku. (c)
Kira-kira alasan apa ya yang dominan, apakah ketiganya merupakan syarat perlu, atau bisa komplementer?
NB: yang merasa bersalah karena tadi cuek banget di kelas:(
Tuesday, June 19, 2007
Cinta
Apa itu cinta?
Saat logika tak berjalan dengan baik
Saat kata teredam binar mata
Saat senyum menjadi segala
Lelah punah oleh kehadiran
Waktu memanjang oleh kerinduan
NB: Duh, ada apa dengan si Yuti? Bahkan blog matematikanya pun teserang virus cinta.
Saat logika tak berjalan dengan baik
Saat kata teredam binar mata
Saat senyum menjadi segala
Lelah punah oleh kehadiran
Waktu memanjang oleh kerinduan
NB: Duh, ada apa dengan si Yuti? Bahkan blog matematikanya pun teserang virus cinta.
Friday, June 15, 2007
Kata
Sudah habis kataku padamu
Bukan seluas laut
Tapi mungil, seperti cangkir
beralas ampas hitam
Biar semua mewujud dalam diam
Hingga kata lahir kembali
Bening...
Entah dalam rupa bagaimana
Atau waktu yang mengapa
Tak mengapa menunggu
Jika itu memang perlu
Bukan kau pemilik waktu
Begitupun aku
Bukan seluas laut
Tapi mungil, seperti cangkir
beralas ampas hitam
Biar semua mewujud dalam diam
Hingga kata lahir kembali
Bening...
Entah dalam rupa bagaimana
Atau waktu yang mengapa
Tak mengapa menunggu
Jika itu memang perlu
Bukan kau pemilik waktu
Begitupun aku
Thursday, June 14, 2007
Kepada Seorang Kawan
[Episode: Ulang tahun]
Tahun bergulir, menghadirkan angka dan bulan serupa. Hari disaat kau dilahirkan. Adakah kau menjadi dewasa? Sudahkah waktu menempamu menjadi pribadi baru, ataukah semua masih sama seperti dulu? Kuharap kau mau bercerita padaku, tentang mimpi, ide, cita yang membuat matamu senantiasa bercahaya. Layar dalam benakku kini tengah memutar film tentang kebersamaan kita, 9 tahun yang tak jua lekang, dan kuharap akan senantiasa bertambah.
Bagaimana kau merayakan harimu? Ah, perayaan mungkin kata yang terlalu angkuh untuk dirimu. Alih-alih raya, kau akan lebih memilih diam dalam ruang hening. Tempat dimana kau bisa merasakan keberadaan dirimu, utuh. Lihat, suratku untukmu jadi kelam, sekelam pintamu padaku beberapa hari lalu. Meski aku mungkin, atau setidaknya mencoba untuk mengerti, tapi tak urung pemintaanmu membuatku sedih.
Aku yakin kau tak pernah menyerah terhadap gelisah, kau terlalu tangguh untuk itu. Meski lelah, meski kadang semua tak memihak, tapi kau tak pernah sendiri. Kau tahu itu kan, kawan? Karena itu kapan tak perlu menjadi persoalan, tapi bagaimana kau mencapainya. Karena itu kupinta Sang Kasih senantiasa menyinarimu dngan cahaya-Nya, karena hanya Dia yang bisa.
Selamat ulang tahun kawan...
Salam sayang selalu,
Kawanmu
Tahun bergulir, menghadirkan angka dan bulan serupa. Hari disaat kau dilahirkan. Adakah kau menjadi dewasa? Sudahkah waktu menempamu menjadi pribadi baru, ataukah semua masih sama seperti dulu? Kuharap kau mau bercerita padaku, tentang mimpi, ide, cita yang membuat matamu senantiasa bercahaya. Layar dalam benakku kini tengah memutar film tentang kebersamaan kita, 9 tahun yang tak jua lekang, dan kuharap akan senantiasa bertambah.
Bagaimana kau merayakan harimu? Ah, perayaan mungkin kata yang terlalu angkuh untuk dirimu. Alih-alih raya, kau akan lebih memilih diam dalam ruang hening. Tempat dimana kau bisa merasakan keberadaan dirimu, utuh. Lihat, suratku untukmu jadi kelam, sekelam pintamu padaku beberapa hari lalu. Meski aku mungkin, atau setidaknya mencoba untuk mengerti, tapi tak urung pemintaanmu membuatku sedih.
Aku yakin kau tak pernah menyerah terhadap gelisah, kau terlalu tangguh untuk itu. Meski lelah, meski kadang semua tak memihak, tapi kau tak pernah sendiri. Kau tahu itu kan, kawan? Karena itu kapan tak perlu menjadi persoalan, tapi bagaimana kau mencapainya. Karena itu kupinta Sang Kasih senantiasa menyinarimu dngan cahaya-Nya, karena hanya Dia yang bisa.
Selamat ulang tahun kawan...
Salam sayang selalu,
Kawanmu
Wednesday, June 13, 2007
Wawancara & SMS
Kemarin sore dapet sms lucu: "Yuti, apa yang kamu ucapkan waktu bertanya ke RM tadi?"
Pikiran pertama yang melintas, waduh, jangan-jangan waktu aku mewawancarai, orang yang kuwawancara tersinggung. Pikiran kedua mengingatkan aku pada pesan orang tua ke anaknya, "Jangan lupa bilang terima kasih ya.." Pikiran ketiga, ada kata ajaib tertentu yang harus kuucapkan ketika bertemu dengan orang yang kuwawancarai tersebut. Akhirnya aku memilih pikiran kedua, aku balas sms di atas dengan Terima kasih plus bertanya apa maksud dari sms-nya itu.
Ini wawancara keduaku menyusuri belantara pengembangan bioenergi di Inonesia. Wawancara berlangsung cukup lancar, meski sempat kehabisan pertanyaan, dan kalau udah kaya gini biasanya aku minta narasumberku untuk cerita bebas(lagi-lagi dapat komentar: wah, wawancaranya ngga fokus:D). Sempat tegang juga sih, abisnya aku ditanya tentang pemutusan rantai karbon, tapi untung narasumberku mau orat-oret di kertas.
Hasil wawancara: dapat nomor kontak, presentasi, dan dikenalin ama orang yang mau bantuin tesisku. Sipirriliiii
Pikiran pertama yang melintas, waduh, jangan-jangan waktu aku mewawancarai, orang yang kuwawancara tersinggung. Pikiran kedua mengingatkan aku pada pesan orang tua ke anaknya, "Jangan lupa bilang terima kasih ya.." Pikiran ketiga, ada kata ajaib tertentu yang harus kuucapkan ketika bertemu dengan orang yang kuwawancarai tersebut. Akhirnya aku memilih pikiran kedua, aku balas sms di atas dengan Terima kasih plus bertanya apa maksud dari sms-nya itu.
Ini wawancara keduaku menyusuri belantara pengembangan bioenergi di Inonesia. Wawancara berlangsung cukup lancar, meski sempat kehabisan pertanyaan, dan kalau udah kaya gini biasanya aku minta narasumberku untuk cerita bebas(lagi-lagi dapat komentar: wah, wawancaranya ngga fokus:D). Sempat tegang juga sih, abisnya aku ditanya tentang pemutusan rantai karbon, tapi untung narasumberku mau orat-oret di kertas.
Hasil wawancara: dapat nomor kontak, presentasi, dan dikenalin ama orang yang mau bantuin tesisku. Sipirriliiii
Monday, June 11, 2007
Khawatir
Sabtu kemarin, aku pergi ke Cirebon. Awalnya, aku sudah mau nekat aja berangkat sendiri, untungnya di saat-saat terakhir ada temen yang juga mau pergi. Kami janjian di terminal Cicaheum, terminal yang baru pernah kusinggahi sekali, itupun bersama teman-teman lain. lhasil, saat pergi ke sana, aku berbekal nanya-nanya. Prinsipku, selama ada orang lain, semuanya akan berjalan baik-baik saja.
Saat mendekati terminal, aku bertanya bagaimana caranya ke terminal. Orang yang kutanya langsung mengajakku untuk ikut bersamanya. Kebetulan ia juga mau ke terminal, sambil menggenggam tanganku, aku diajak menyebrang, dan ditunjukkan tempat aman untuk menunggu, karena terminal merupakan tempat rawan.
Kejadian seperti itu nyaris kualami tiap kali melakukan perjalanan. Jangankan di jalan, di kampus saja, pernah ada seorang dosen yang menyapaku karena melihat tampangku yang kebingungan. Saat itu, hari-hariku pertama di kampus, dan aku belum tahu pusat bahasa. Akhirnya dosen yang belakangan kuketahui Kadep EL itu bertanya ke salah satu ruangan di dekat tempatku termangu dan menunjukan tempat yang harus kutuju.
Hmm... mungkin ekspresi wajahku mengkhawatirkan ya? Belum lagi kalau ditambah orang-orang yang dekat denganku. Wuih, kian banyak saja kejadian yang menunjukan bahwa aku ini mengkhawatirkan, padahal aku yang menjalani hidup saja, tak pernah terlalu pusing memikirkan segala macam hal. Entah apakah itu menambah kekhawatiran atau tidak, aku ngga tau.
Nah berikut ini adalah beberapa ekspresi kekhawatiran yang kujumpai:
1. Bertanya: "Kamu kenapa?" "Ada yang bisa saya bantu"
Biasanya ekspresi ini aku jumpai ketika bertemu dengan orang baru.
2. Proaktif
Ada beberapa orang yang melakukan tindakan-tindakan proaktif untuk menolongku. Biasanya hal ini dilakukan oleh orang yang cukup dekat, dan sudah mengenal karakterku. Misalnya dengan melakukan aksi yang menyebabkan aku harus keluar dari gua.
3. Menghakimi.
Whoaa... ini tipe khawatir yang paling menyebalkan. Walaupun kalau pakai otak kiri, aku bisa mengerti alasannya, tapi biasanya tipe kekhawatiran seperti ini bikin aku mental.
4. Diam
Aku tahu kadang aku bikin khawatir beberapa orang, tapi mungkin karena udah terbiasa denganku, mereka mengekspresikan kekhawatiran mereka dengan diam.
Merasa ada yang cocok? :D
Saat mendekati terminal, aku bertanya bagaimana caranya ke terminal. Orang yang kutanya langsung mengajakku untuk ikut bersamanya. Kebetulan ia juga mau ke terminal, sambil menggenggam tanganku, aku diajak menyebrang, dan ditunjukkan tempat aman untuk menunggu, karena terminal merupakan tempat rawan.
Kejadian seperti itu nyaris kualami tiap kali melakukan perjalanan. Jangankan di jalan, di kampus saja, pernah ada seorang dosen yang menyapaku karena melihat tampangku yang kebingungan. Saat itu, hari-hariku pertama di kampus, dan aku belum tahu pusat bahasa. Akhirnya dosen yang belakangan kuketahui Kadep EL itu bertanya ke salah satu ruangan di dekat tempatku termangu dan menunjukan tempat yang harus kutuju.
Hmm... mungkin ekspresi wajahku mengkhawatirkan ya? Belum lagi kalau ditambah orang-orang yang dekat denganku. Wuih, kian banyak saja kejadian yang menunjukan bahwa aku ini mengkhawatirkan, padahal aku yang menjalani hidup saja, tak pernah terlalu pusing memikirkan segala macam hal. Entah apakah itu menambah kekhawatiran atau tidak, aku ngga tau.
Nah berikut ini adalah beberapa ekspresi kekhawatiran yang kujumpai:
1. Bertanya: "Kamu kenapa?" "Ada yang bisa saya bantu"
Biasanya ekspresi ini aku jumpai ketika bertemu dengan orang baru.
2. Proaktif
Ada beberapa orang yang melakukan tindakan-tindakan proaktif untuk menolongku. Biasanya hal ini dilakukan oleh orang yang cukup dekat, dan sudah mengenal karakterku. Misalnya dengan melakukan aksi yang menyebabkan aku harus keluar dari gua.
3. Menghakimi.
Whoaa... ini tipe khawatir yang paling menyebalkan. Walaupun kalau pakai otak kiri, aku bisa mengerti alasannya, tapi biasanya tipe kekhawatiran seperti ini bikin aku mental.
4. Diam
Aku tahu kadang aku bikin khawatir beberapa orang, tapi mungkin karena udah terbiasa denganku, mereka mengekspresikan kekhawatiran mereka dengan diam.
Merasa ada yang cocok? :D
Friday, June 08, 2007
Semangat!!!
Huehehe, ya kaya ginilah cara Yuti menyemangati diri sendiri. Tadi pagi udah berhasil bikin dua setengah model. Sipiriliii, ternyata ngga sesusah yang aku bayangkan, meski aku masih menggunakan prinsip Tarde, yang bilang bahwa fenomena sosial terjadi karena proses imitasi. Tentu aja ngga sembarang imitasi, soalnya aku menggunakan 3 sumber rujukan yang beda-beda sehingga outputnya modelku sendiri. Dan meski udah punya contoh, tetap aja bikin model itu time consuming, apalagi kalau perilaku dari grafiknya ngga mau menuju titik kesetimbangan. Kata Sterman sih All models are wrong, jadi sekarang sambil bikin model, cara berpikirku juga ikut didekonstruksi selama 6 kali berturut-turut. Bahkan kata dosen pemodelanku, model ke-6 pun belum benar.
Hmm... ngomong-ngomong tentang kuliah, aku koq lagi ngga semangat buat bimbingan ya? Tesisnya sih masih maju terus, soalnya aku ini pelahap buku dan studi lapangan tinggal nunggu libur panjang aja. Tentang nulis masih agak macet gara-gara aku masih berpikir ilmu sosial belepotan banget. Jadinya aku lagi mikir gimana ngakalin konsep koordinasi, dan persekutuan dalam terminologi Callon tentang konvergensi bisa nyambung ama konsistensi di matematika. Ide yang terpikir adalah pakai konsep diskrit, yaitu dengan memandang aktor-aktor itu sebagai partisi diskrit. Huahaha, gara-gara asyik ngotak-atik konsep, tulisanku ngga maju-maju, dan mungkin karena konsepku belum mateng, aku jadi males bimbingan. Nunggu sedikit rapih dulu.
Hmm... ngomong-ngomong tentang kuliah, aku koq lagi ngga semangat buat bimbingan ya? Tesisnya sih masih maju terus, soalnya aku ini pelahap buku dan studi lapangan tinggal nunggu libur panjang aja. Tentang nulis masih agak macet gara-gara aku masih berpikir ilmu sosial belepotan banget. Jadinya aku lagi mikir gimana ngakalin konsep koordinasi, dan persekutuan dalam terminologi Callon tentang konvergensi bisa nyambung ama konsistensi di matematika. Ide yang terpikir adalah pakai konsep diskrit, yaitu dengan memandang aktor-aktor itu sebagai partisi diskrit. Huahaha, gara-gara asyik ngotak-atik konsep, tulisanku ngga maju-maju, dan mungkin karena konsepku belum mateng, aku jadi males bimbingan. Nunggu sedikit rapih dulu.
Thursday, June 07, 2007
Dunia Kecil
"Wah, dunia ini kecil." Ujaran seperti itu sering kita peroleh ketika bertemu kenalan baru, kemudian menemukan bahwa ada orang-orang, pengalaman, atau tempat-tempat dalam kehidupan kita yang memiliki kesamaan dengan kenalan baru tersebut. Kali ini fenomena dunia kecil itu aku temui ketika sedang bermain bersama mbah Goo. Ternyata pada tahun 2003 aku udah pernah bersinggungan dengan pembimbingku lewat acara SKAU. Dalam acara itu sih, yang aku ingat pak Bambang doang, tapi ternyata pembimbingku juga mengisi acara(dalam daftar acaranya ada).
Wednesday, June 06, 2007
24
24 hari lagi menjelang ngga punya pekerjaan dan berakhirnya masa kuliah. Ngga kebayang punya banyak waktu luang, disamping beberapa pekerjaan part time, tesis dan proyek penelitian. Ada yang punya usul?
Tuesday, June 05, 2007
Buku
Dapet pinjeman buku lagi... Lama-lama kamarku bisa jadi cabang perpustakaan buku dosenku, huehehe. Waktu S1 juga ngga beda jauh, jadi kalau dosenku nyari buku, pasti aku yang kena. O iya aku mau membahas kondisi buku pinjaman terbaru. Ngga ada daftar isi, ngga ada index, dan tulisannya mepet-mepet. Emang sih ada yang bilang, "Dont judge a book by its cover" tapi bagiku kata-kata itu udah so last year. Memangnya bisa baca buku tanpa melihat covernya(kesan pertama), trus saat membaca ngeliatin kata-kata yang dempetan, belum lagi kalau ada yang ngga jelas. Bener-bener ilfeel, aku mending cari 10 referensi lain, daripada nyiksa diri baca buku kaya gitu(payahnya kadang-kadang pilihan untuk 10 buku itu ngga ada). Hmmph...hmpph...hmppph... enaknya buku itu diapain ya? Kayanya sih menarik, dan buku lebih enak daripada membaca di monitor. Hmmph...hphhp... ambil asyiknya aja ahh...
Jingga
Sejenak kumatikan pikiran itu, sejenak jingga menggantung di langit senja. Biarkan saja semuanya kembali pada muara, meski ada puluhan jalan menuju ke sana. Toh, semuanya sama saja. Aku, dia, dan berjuta orang lainnya. Entah irisan kehidupan akan mempertemukan aku dengan siapa, atau dengan apa. Belum lagi situasi yang tak mungkin membentuk perulangan. Bahkan jika aku pernah berkhayal seandainya bisa.
Ah jingga, kini telah berubah jadi kelabu. Awan-awan hitam mulai menebal disertai gemuruh. Bukan hatiku kan yang mengaduh, atau angin kini bukan hanya medium tapi juga menjadi tempat berlabuh? Bagi orang yang tengah jenuh, dan mencari tempat untuk berteduh.
Ah jingga, kini telah berubah jadi kelabu. Awan-awan hitam mulai menebal disertai gemuruh. Bukan hatiku kan yang mengaduh, atau angin kini bukan hanya medium tapi juga menjadi tempat berlabuh? Bagi orang yang tengah jenuh, dan mencari tempat untuk berteduh.
Monday, June 04, 2007
Arung Jeram
Whooaaa... seru. Kelempar dua kali dari perahu, ngerasain air sungai, dan sempat panik, tapi tetep aja seru, dan pengen lagi. Sabtu kemarin, aku dan temen-temen sekantor arung jeram di Cibiuk. Perjalanan dimulai di Sabuga jam 8 kurang, dan sampai ke Cibiuk sekitar jam 10 pagi. Setelah berbagai persiapan, praktis kita baru naik perahu jam 12an, saat matahari sedang nyengir lebar di atas sana. Perjalanan mengarungi sungai Cimanuk berjalan dengan seru, apalagi tiap bertemu riam perahu jadi ajrut-ajrutan mengalahkan arung jeram versi Dufan.
Melewati riam-riam awal, aku cukup pede, apalagi dengan kaki yang diselipkan cukup dalam ke perahu, tapi melewati gradien yang cukup curam, akhirnya aku terlempar juga keluar kapal. Dengan air dimana-mana, tanganku menggapai asal. Alhamdulillah, ngga kenapa-kenapa, cuma kuping kemasukan air, dan menelan sedikit air coklat.
Berjalanan berlanjut, dan aku jadi lebih hati-hati, apalagi dari kedua perahu hanya aku saja yang merasakan lemparan itu. Fiuhh.. parah juga, pikirku. Tapi pikiran untuk berhati-hati kembali membuahkan sebuah lompatan yang menyebabkan aku kembali terlempar keluar kapal. Whoaa..., kali ini sih ngga begitu panik, dengan berpegangan pada tali perahu, tak lama kemudian aku sudah kembali ditarik masuk.
Seru, seru, seru!!! Dan pulang-pulang tanganku belang kaya pakai sarung tangan, muka merah, dan hidung agak perih terbakar. Badan? Sedikit pegal-pegal, tapi tetep aja seneng:)
Melewati riam-riam awal, aku cukup pede, apalagi dengan kaki yang diselipkan cukup dalam ke perahu, tapi melewati gradien yang cukup curam, akhirnya aku terlempar juga keluar kapal. Dengan air dimana-mana, tanganku menggapai asal. Alhamdulillah, ngga kenapa-kenapa, cuma kuping kemasukan air, dan menelan sedikit air coklat.
Berjalanan berlanjut, dan aku jadi lebih hati-hati, apalagi dari kedua perahu hanya aku saja yang merasakan lemparan itu. Fiuhh.. parah juga, pikirku. Tapi pikiran untuk berhati-hati kembali membuahkan sebuah lompatan yang menyebabkan aku kembali terlempar keluar kapal. Whoaa..., kali ini sih ngga begitu panik, dengan berpegangan pada tali perahu, tak lama kemudian aku sudah kembali ditarik masuk.
Seru, seru, seru!!! Dan pulang-pulang tanganku belang kaya pakai sarung tangan, muka merah, dan hidung agak perih terbakar. Badan? Sedikit pegal-pegal, tapi tetep aja seneng:)
Subscribe to:
Posts (Atom)
Untuk Papa
Papa … Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat Tapi jasa papa tetap melekat Hangat itu tetap mendekap ...