Monday, June 11, 2007

Khawatir

Sabtu kemarin, aku pergi ke Cirebon. Awalnya, aku sudah mau nekat aja berangkat sendiri, untungnya di saat-saat terakhir ada temen yang juga mau pergi. Kami janjian di terminal Cicaheum, terminal yang baru pernah kusinggahi sekali, itupun bersama teman-teman lain. lhasil, saat pergi ke sana, aku berbekal nanya-nanya. Prinsipku, selama ada orang lain, semuanya akan berjalan baik-baik saja.

Saat mendekati terminal, aku bertanya bagaimana caranya ke terminal. Orang yang kutanya langsung mengajakku untuk ikut bersamanya. Kebetulan ia juga mau ke terminal, sambil menggenggam tanganku, aku diajak menyebrang, dan ditunjukkan tempat aman untuk menunggu, karena terminal merupakan tempat rawan.

Kejadian seperti itu nyaris kualami tiap kali melakukan perjalanan. Jangankan di jalan, di kampus saja, pernah ada seorang dosen yang menyapaku karena melihat tampangku yang kebingungan. Saat itu, hari-hariku pertama di kampus, dan aku belum tahu pusat bahasa. Akhirnya dosen yang belakangan kuketahui Kadep EL itu bertanya ke salah satu ruangan di dekat tempatku termangu dan menunjukan tempat yang harus kutuju.

Hmm... mungkin ekspresi wajahku mengkhawatirkan ya? Belum lagi kalau ditambah orang-orang yang dekat denganku. Wuih, kian banyak saja kejadian yang menunjukan bahwa aku ini mengkhawatirkan, padahal aku yang menjalani hidup saja, tak pernah terlalu pusing memikirkan segala macam hal. Entah apakah itu menambah kekhawatiran atau tidak, aku ngga tau.

Nah berikut ini adalah beberapa ekspresi kekhawatiran yang kujumpai:
1. Bertanya: "Kamu kenapa?" "Ada yang bisa saya bantu"
Biasanya ekspresi ini aku jumpai ketika bertemu dengan orang baru.

2. Proaktif
Ada beberapa orang yang melakukan tindakan-tindakan proaktif untuk menolongku. Biasanya hal ini dilakukan oleh orang yang cukup dekat, dan sudah mengenal karakterku. Misalnya dengan melakukan aksi yang menyebabkan aku harus keluar dari gua.

3. Menghakimi.
Whoaa... ini tipe khawatir yang paling menyebalkan. Walaupun kalau pakai otak kiri, aku bisa mengerti alasannya, tapi biasanya tipe kekhawatiran seperti ini bikin aku mental.

4. Diam
Aku tahu kadang aku bikin khawatir beberapa orang, tapi mungkin karena udah terbiasa denganku, mereka mengekspresikan kekhawatiran mereka dengan diam.

Merasa ada yang cocok? :D

8 comments:

za said...

Pak Eniman yang kamu maksud Ti? Wah pemimpin sidang waktu aku sidang tuh. Tapi Pak Eniman sempat aku "kerjain". Gara-gara selesai sidang aku sempat ngilang terus dicariin deh.

Nambahin satu kriteria lagi. "Yuti kan dah dewasa, jadi ... " ;-)

Cheshire cat said...

Bukan pak eniman, tapi pak isnu. Hehe, itu masuk kategori yang mana ya Ki? Kayanya masuk yang kategori diam deh, soalnya khawatir, sekaligus percaya, jadi memilih untuk diam.

ikram said...

Prinsipku, selama ada orang lain, semuanya akan berjalan baik-baik saja.

Yah, itu juga yang dipikirkan para pencopet. Selama ada orang lain (yg bertampang bingung)... Semuanya akan berjalan baik-baik saja :)

Cheshire cat said...

Well, wartawan juga butuh orang lain buat bikin berita, dan ngga semua orang senang berita mereka disorot.

:)

Muhammad Mufti said...

Kita diciptakan untuk saling tolong menolong. Nah, berbuat baik kepada sesama khan tak ada ruginya. Salam kenal ya...?

Cheshire cat said...

Salam kenal balik juga ya..? :)
Yup, hidup harus tolong menolong, prinsipku itu berlaku dua arah koq. Kan perlakukanlah orang lain seperti engkau ingin diperlakukan...

Anonymous said...

itu kalo gak salah
namanya pertahanan biologi

sel2 dna dalam tubuh kita
punya cara sendiri untuk bertahan hidup
tanpa kita kontrol sekalipun

jadi, otak, sebagian bagian dari dna2
itu akan melakukan hal2 yang perlu
saat ada bahaya ...

salah satunya mungkin yang kamu alami itu

:)

hmm .... ....


dei

Cheshire cat said...

betul dei... karena ada orang-orang seperti aku yang banyak banget ditolongin orang, artinya ada orang lain yang menggenapkan hidupku.

hihi, intinya sih give and take...

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...