Thursday, May 12, 2005

Behind The Scene

Jarum jam menunjukkan pukul 11.10 WIB. Dengan langkah kecil-kecil aku menuju gerbang depan Ganesha. Siang itu aku mendapat tugas untuk mencari berita dari kuliah jurnalisme sains dan teknologi. Sambil melangkahkan kaki, aku sibuk mereka-reka berita apa yang enak untuk diangkat. Ada tiga pilihan yang tampaknya cukup memadai untuk tugas selama 1 jam, pertama menyusun berita mengenai penjualan Boul, yang artinya aku harus ke gerbang depan. Pilihan kedua, reportase pembangunan Campus Center dengan mewawancarai pak Sumiardi di LPKM dan opsi terakhir adalah wawancara ke kantin Gedung Bengkok yang relatif baru. Dengan alasan jarak, aku memilih yang pertama.

Dalam kepala sudah ada beberapa pertanyaan. Rata-rata per harinya terjual berapa eksemplar, atau biasanya menjaga standnya dari jam berapa saja? Bagaimana cara menarik pembeli, namun pertanyaan-pertanyaan yang kususun dalam perjalanan ke gerbang dari GKU Lama sia-sia belaka. Sesampainya di gerbang hanya ada satu buah stand. Ada dua pilihan, mewawancarai stand, yang ternyata tempat pendaftaran T-Fest, atau dengan gaya cuek balik kemudian melangkah menuju LPKM.

Belum sempat mengambil keputusan, tiba-tiba ada yang menegur, “Ada yang bisa saya bantu? Mau daftar ya?” He..he.. , pasti tampang bingungku kebaca banget. Kepalang tanggung aku iyakan saja tawaran simpatik tersebut. “Ngga, tadi saya dapat tugas kuliah untuk mencari berita. Trus saya mau menulis tentang stand ini. Boleh kan?” “O iya silahkan. Ngga bayar kan?” tanya mahasiswa yang tadi menegur saya sambil becanda. Sambil cengar-cengir, mulailah wawancara singkat, lengkap dengan backing vokal dibelakang. Dapet pinjeman poster juga lagi... Dalam waktu kurang dari 15 menit, aku sudah dapet hard news(5W+1H). Sipirili...

Aku jadi ingat pengalaman awal wawancara. Saat itu aku kebagian mewawancarai calon ketua OSIS. Minim pengalaman, belum punya gambaran mengenai orang yang akan diwawancara, ditambah orang yang aku wawancarai sedikit pendiam. Bisa dibayangkan seperti apa? Di ruang perpustakaan yang relatif sepi, duduk berhadap-hadapan dengan grogi dan sunyi. Hu..ah... horor amat. Pengalaman awal lainnya adalah mewawancarai guru, dengan bekal tampang melas isi wawancaranya didominasi kata-kata, “Ayo dong, ceritanya diperpanjang.” Meski yang diwawancarai protes, “Pertanyaannya yang jelas dong.” Tetap saja cerita mengalir dari beliau. Yah.. namanya juga masih amatir berat, meski caranya ngga mutu tapi hasilnya lumayan.

To learn and to be...

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...