Tuesday, June 07, 2005

Pay It Forward!

Saya sering berpikir betapa menakutkannya dunia kalau manusia sudah kehilangan kepercayaan akan kebaikan. Tadi malam saya menonton film Pay It Forward, meski akhirnya menyedihkan dan saya termasuk orang yang tidak menyukai bad end, tapi film itu membuat saya cukup banyak berpikir. Tentang kebaikan, dan terutama tentang masalah. Ketika saya mengamati dunia dengan kehidupan yang benar-benar berbeda, seperti yang saya baca di National Geographic, saya membayangkan bisa hidup seperti mereka, atau seperti para eksplorer yang kehidupannya beranjak dari satu tempat ke tempat lain. Melihat hal-hal baru setiap saat, terkejut, kagum, dan kenikmatan tertinggi, merasa benar-benar dekat dengan Sang Khalik, Pencipta dari segala yang ada, Sang Maha Absolut yang menjadikan dunia ini kanvas penuh tanda menuju-Nya. Itulah yang bisa saya bayangkan ketika membaca artikel-artikel ataupun menonton film mengenai kehidupan yang rasanya sangat jauh dengan kehidupan saya.

Menonton Pay It Forward, pikiran-pikiran itu mereda. Saya menemukan keindahan sendiri dan kejutan-kejutan atas segala hal yang saya alami. Saya merasakan kehangatan, keriangan, serta kejutan dari keluarga serta teman-teman yang saya miliki. Meski tiap hari saya tak bisa menatap kambing gunung, ataupun padang luas, saya tetap merasa terkejut dengan indahnya udara pagi. Saya jadi teringat perkataan seorang teman, "manusia memang sangat sulit bersyukur." Dan mungkin hal itulah yang membuat manusia senantiasa menginginkan lebih, bahkan ketika sebenarnya hidupnya sudah berkecukupan.

NB: Home sweet home... Glad to be home again

4 comments:

Anonymous said...

Salam,

aku juga udah nonton Pay It Forward, long time ago, waktu masih di Aceh.

Nonton-nya sih cuman karena lagi bosen aja, terus kepilih deh VCD yang judulnya itu. Terus, jadi gak bosen sama sekali.

Hidup memang suka gitu, kadang kita merasa lagi ada di _bawah_ banget, tapi ketika kita ubah persepsi sedikit aja, maka dia jadi terasa indah banget.

Masalah utamanya, pengubahan persepsi itu hanya mudah dilakukan ketika bukan kita yang berada di posisi _bawah_ banget itu.

Mungkin itulah kenapa yang namanya Iman itu adalah nikmat yang paling nikmat.


Salam hangat.
-arief

za said...

Saya sering berpikir betapa menakutkannya dunia kalau manusia sudah kehilangan kepercayaan akan kebaikan

Yup bikin beku pikiran. Apalagi klo dah kenal teori konspirasi. Semua dianggap sudah dibuat skenario nya. Aku pernah sih terjebak di pola pikir kaya gitu. Untung ga lama-lama.

Pay It Forward juga dong buat Tugas Ariani :P

Anonymous said...

Untuk zakiakhmad:

Bukankah semua kehidupan kita ini adalah konspirasi? Konspirasi yang diatur oleh Sang Maha Absolut?

Anonymous said...

akh...

biasalah... orang2 besar kalau bicara seperti itu...

cobalah.. menyelam lebih dalam lagi, bukan hanya menyela...

tapi bahkan menjadi...

maka semua nikmat akan lebih jadi lebih disyukuri...

bahwa ... setiap tarikan nafas, tiap detakan jantung, adalah nikmat...

bahkan, saat kita lagi bengong, gak tau mau ngapain, itu aja udah nikmat ...

perlu lebih dari sekedar menyelami untuk dapat lebih mengerti...

....

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...