Tuesday, November 08, 2005

Jendela yang Terbuka

Lagi nyari latar musik yang enak, akhirnya pilihanku jatuh ke Richard Clayderman. Pulang dari Bandung kemarin jendela kamarku berada dalam kondisi terbuka. Kusennya tampak sedikit koyak, dan lapisan catnya pun turut terkelupas. Alhamdulillah tak ada benda yang hilang. Kalaupun tamu tak diundang itu berkeras mengambil barang dari kamarku mungkin yang tergapai hanya sebuah pigura foto, dan buku. Pintu belakang yang mengarah ke arah danau tak luput dari sasaran. Noda tanah tampak mengotori pintu, dan didekat pegangannya juga tampak usaha-usaha pengrusakkan.

Ini pengalaman yang pertama kalinya, dan yang terpikir di kepalaku bagaimana jika aku menaruh amplop saja di depan kamarku. Ide yang mungkin merupakan gabungan rasa kasihan, marah pada sistem ataupun sebuah usaha penyelamatan diri yang naif. Karena kejadian yang baru ketahuan Sabtu(05/11) lalu itu pulalah, beberapa kali aku berusaha menghindari koran, dan berita, karena malas dihadapkan pada kondisi masyarakat yang kian memprihatinkan.

Sebelum krisis ekonomi pasca kenaikan BBM, semuanya tampak masih bisa ditangani. Aku tahu hidup susah ada diluar sana, tapi mungkin belum sampai pada tingkat akut. Ingin rasanya berbuat sesuatu, tapi aku tidak tahu apa. Akhirnya aku memilih untuk menenggelamkan diri pada hal-hal yang sepenuhnya abstrak dan mungkin juga ideal, yaitu konsep-konsep sains.

Kadang aku berpikir untuk menutup mata saja terhadap segala hal yang ada di luar sana, tapi selalu gagal. Ah, koq jadi gelap gini...

Bapak tua yang menjual sapu...
Maling yang membongkar celengan dan mengambil tiga ribu rupiah...

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...