Mendadak malesku kumat, dan kalau udah kaya gini cara mengakali buku dengan bahasa yang rumit dan tingkat filosofi yang cukup dalam adalah dengan mencari tulisan-tulisan pendukung yang merujuk pada buku itu. Cara kerjanya mirip dengan uji konvergensi pada bilangan yang tidak terjelaskan pada suatu titik, meski kalau dalam ilmu sosial aku ngga begitu yakin kalau cara ini berhasil. Dosenku speechless saat aku minta rangkumannya aja. Lha artinya kan aku mahasiswa bimbingan yang baik, karena mau baca hasil pemikiran pembimbingku, huehehe. Just kidding, meski pemales tapi alter-ego perfeksionisku ngga mau diem, alhasil pertempuran antara si alter-ego pemales dengan perfeksionis sedikit dimenangkan oleh si perfeksionis, yang membuatku terjaga hingga jam 12 malem.
Ada banyak hal menarik dalam buku itu, terutama karena komunitas yang dibahas adalah High Energy Physics dan biologi molekuler. Kebayang kan, bagaimana keseharian orang-orang keren itu di lab. Sayang ngga ada tokoh semisal Penrose yang ruang kerjanya penuh mainan atau kaya Google guys, yaaa... itung-itung melihat dunia yang lebih serius. Cara kerja Knorr-Cetina ini mirip Barbour yang kerjaannya nangkring di lab. Hanya saja output keduanya cukup berbeda, kalau Barbour dalam Science in Action mencari black box dalam produksi pengetahuan, sedangkan Knorr-Cetina menyoroti masalah konstruksi dari atribut-atribut yang dikonstruksi oleh pengetahuan. Well, teoritis banget kan? Ngga heranlah, secara dosen pembimbingku suka banget ama filsafat. Bahkan judul tesisku pun turunan dari salah satu cabang filsafat yaitu epistomology.
Payahnya, aku paling ngga tahan kalau nulis harus merujuk pada referensi. Alasan yang sepenuhnya karena masalah kepraktisan. Kaya kalau nulis di blog gini kan enak, hasil pemikiran bisa ditulis dengan bebas, tapi kalau tulisan ilmiah, bentar-bentar harus nulis referensi rujukan biar keliatan ilmiah. Kan ide-ide yang ada di kepala jadi mogok keluar.
Mumpung kepikiran, alur besar tesisku mau aku arahkan ke komunitas organik, yaitu komunitas yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan memiliki kesadaran. Mirip dengan konsep autopeiesis sih, tapi belum tau juga bisa apa ngga. Entry pointnya dari energi, tapi tujuan akhirnya untuk membuat sebuah model yang mengakomodasi komunitas-komunitas organik. Kurang lebih seperti itulah.
3 comments:
emang capek yah bikin tulisan yg "ilmiah"....masih mroyek di sabuga mbak ?..kok ngga pernah keliatan lagi?
masih... whoaaa, serem banget, bisa ngga keliatan, berasa makhluk apa gitu
Coba deh cari bahan tentang Morfogenesis dan Rupert Scheldrake. Siapa tahu bisa membantu.
Post a Comment