Monday, April 09, 2007

Rokok

Aaargh! Badanku bau rokok. Mana lagi batuk lagi, lengkap sudah kombinasi mau batuk, pengap, dan asap. Lain kali, niup-niup asapnya lebih mencolok aja kali ya, biar para perokok itu nyadar ada hak orang lain yang ingin memperoleh udara bersih. Aku sendiri cukup toleran ama perokok di ruang yang cukup luas, dengan sirkulasi udara cukup baik, tapi kalau ruangannya sempit, kan jadi ngga lucu.

Berhubung lagi hobi ngomongin epistemik kultur, keliatan banget kalau kesadaran orang Indonesia akan hak-hak orang lain masih rendah. Hey, Yut, koq malah main generalisir sih? Sori dori banget, abis bukan sekali dua kali aja aku mengalami hal seperti ini, dan bukan sebatas rokok aja. Well, rokok hanya menjadi salah satu pemantik, diantara segala macam kekacauan kultural lainnya. Lagi males yang serius-serius. Sekarang aja udah dapet pinjeman buku lagi, Democracy and Technology. Isinya berkisar praksis teknologi yang demokratis gitu deh. Aku baru baca bagian depannya doang, dan udah sedikit overdosis dengan bacaan serius. Harus cepet-cepet cari buku cerita asyik. Kalau ada yang melarikan stres ke rokok atau film, aku memilih buku fantasi, semisal Harry Potter, Eragon, Artemis Fowl.

3 comments:

Anonymous said...

Pernah kebetulan ada helm yang pake penutup mukanya itu di dekat kita. Karena alergi asap rokok, kusodorkan saja helm itu ke si perokok, sambil bilang :

Sepertinya anda enjoy banget dengan asap rokoknya. Tapi saya dan orang lain tidak. Jadi, pake helm saja ya.

- ilalang -

Anonymous said...

Bukan generalisir, memang umumnya seperti itu, jadi secara 'otomatis' emang udah general. Halah!

Saya juga sebel sebetulnya dengan para perokok, Indonesia bener2 surganya perokok. Kalau saya sih bukan gak mau negur, tapi khawatir jadi ribut dan berantem, sesama cowok soalnya. Kalau cewek yang negur, biasanya mereka pada ngalah kok, makanya para cewek jangan takut untuk negur.

Cheshire cat said...

Masa sih, waktu itu aku udah pasang muka bete berat, eh malah ditawarin rokok. Haiya... parah banget

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...