[Episode: Rasa]
Kawan,
Pernahkah kau mendengar apa arti seorang sahabat? Ah, pertanyaan bodoh. Aku yakin kau sudah mendengar puluhan definisi mengenai persahabatan, dan kau pun telah melewati fase teori, kau telah menjadi sahabatku yang terbaik. Mungkin satu tambahan definisi lagi takkan berguna, tapi aku tergoda untuk mengatakannya padamu, karena kau tahu, itulah yang kurasakan terhadapmu. Seorang sahabat adalah satu jiwa dalam dua tubuh, begitu kata Aristoteles. Sekarang aku tahu kenapa—meskipun kau begitu jauh, dan sudah cukup lama pula kita tidak bertemu—kau senantiasa terasa begitu dekat.
Kawan,
Ingatkah kau saat kau menanyakan legenda pribadiku? Masih belum pasti, jawabku saat itu. Sampai saat ini akupun belum menemukannya, meski sudah mulai ada titik terang, dan bagiku kaulah salah satu pembawa titik terang itu. Lewat kisah-kisahmu aku mulai mencari jalan cerita yang akan kurangkai untuk membentuk sejarahku sendiri.
Kawan,
Kemarin aku menyusuri jalan-jalan kota Bandung. Kerlap-kerlip lampu begitu banyak, begitu pula dengan orang yang lalu-lalang, kota tampak begitu hidup, lengkap dengan para remaja yang sedang menggalang dana dengan berjualan bunga mawar, ataupun memberikan stiker kepada mobil yang melaju perlahan. Tak ketinggalan perkumpulan motor lengkap dengan atribut kelompoknya masing-masing, menghiasi jalan Dago yang tampak agak lengang karena disapa hujan pelan. Tapi ditengah hiruk pikuk kota di malam hari, aku malah merasa asing. Tiba-tiba aku malah teringat saat-saat kemping, dimana dunia seolah beranjak menutup mata. Ditemani kobaran api unggun, dan teman-teman yang merapat melawan udara malam, aku menikmati keriangan. Bintang-bintang di langit tampak begitu dekat. Belum lagi pohon-pohon besar dengan usia puluhan tahun yang seolah menemani kami dengan hymne alam. Betapa hangat dan bersahabat.
Kawan,
Tampaknya itu yang ingin kucapai. Aku ingin dekat dengan deru kehidupan yang tersebar dalam nafas semesta raya, meski aku belum tahu bentuk nyatanya seperti apa. Seperti tadi dalam acara Surat untuk Sahabat(tiba-tiba aku jadi teringat padamu), ada kisah mengenai anak-anak Rimba yang terancam kehidupannya karena hutan tempat mereka tinggal mulai dijamah para pemakan kayu. Orang-orang tamak yang merusak hutan untuk keuntungan sesaat. Aku pun jadi teringat orang-orang Badui, masyarakat yang hidup di tanah ulayat dan memiliki cara hidup mereka sendiri. Tampaknya mereka nyaman dengan pola bersahabat dengan alam, dan meskipun adakalanya mereka naik mobil, tapi mereka masih tetap mengandalkan tapak kaki mereka sebagai transportasi terbaik. Aku ingin merasakan segala, tapi aku ingin apa yang kurasakan dapat berguna bagi sesama umat manusia.
Kawan,
Aku ingat ketika kau bercerita mengenai kepedihanmu atas apa yang terjadi di tanah rencong. Ratusan ribu korban meninggal dunia, belum lagi ditambah tantangan masa depan. Trauma yang membayangi setiap langkah, belum lagi bangunan-bangungan penunjang yang seharusnya mampu menghantrakan mereka menyongsong hari esok yang lebih cerah. Ah, ada begitu banyak duka, mulai dari yang menghiasi segmen berita hingga yang harus tertelan oleh tanah merah karena tak ada biaya untuk bertahan.
Kawan,
Kalau kau sudah menemukan legenda pribadimu, aku baru melihat jalannya secara samar-samar. Aku ingin semua orang bahagia… termasuk aku dan kau, dan meskipun untuk mencapai ujungnya aku harus melewati banyak rintangan. Tampaknya aku akan menikmatinya.
Kawan,
"Aku sedang jatuh cinta.
Rasanya sakit sekali.
Tapi aku ingin merasakan sakit selamanya."
(potongan kata-kata dari Lover Concerto yang kubaca di Openmind Magazine).
Kau jangan berpikir yang tidak-tidak, aku hanya teringat kisah tentang sahabat yang menghentikan pedangnya ketika seorang musuh yang sudah terdesak meludah ke muka sahabat tersebut. Ia tak mau kesucian niatnya dalam menegakkan kalimat Sang Maha Kasih ternoda oleh kebencian terhadap seorang manusia. Kuharap aku bisa menjaga kelurusan niat itu, dan kuharap Sang Maha senantiasa menjagamu jua.
Ahad, 30 Januari 2005. 10.40
2 comments:
yuti...
mengharukan sekali..
aku sampai maenangis dibuatnya..
terus menulis ya yut..
sementara aku mo ngelanjutin nangis dulu..
semoga..dengan tulisan ini..kamu manemukan tambatan hati yang baru..
dan kapan ni malangsungkan pernikahannya?
aku tunggu undangannya..
-indri, ur 1-3 eternal friend-
Very touchy... :(
Post a Comment