Tuesday, January 25, 2005

Materialisme

[sekalian tanggapan untuk komen dari NN]

Satu hal yang menurut saya tidak bisa dikompromikan dalam memandang Marxisme adalah cara pandangannya terhadap materi(materialisme). Penafsiran saya atas materialisme Marx adalah cara pandang kebendaan. Artinya, benda menjadi dasar dari ide. Contohnya, keberadaan kuda secara fisik lebih dulu ada daripada ide tentang kuda, dan hal ini berhubungan erat dengan pandangannya terhadap agama, dimana agama hanya dipandang sebagai bagian dari konstruksi sosial. Oleh karena itu mengatakan yang satu merupakan subset yang lain sungguh berbahaya(apalagi menyatakan yang satu merupakan subset yang lain secara tidak langsung berarti saling subset atau sama, dalam logika matematika). Padahal landasan keduanya berbeda total.

Materialisme memang dijadikan rujukan untuk mengkaji masalah-masalah mengenai material, hal ini dominan dalam kajian budaya(cultural studies). Dalam teori-teori yang saya baca, analisis materialisme sangat baik untuk menjelaskan bagaimana budaya massa menyerap kesadaran setiap individunya, melalui iklan(proses internalisasi melalui seringnya kemunculan), idol dll. Alat-alat untuk mempengaruhi massa dan adanay semacam perayaan akan keseragaman inilah yang digugat oleh para pengkaji budaya, yang banyak mengambil dasar dari Marx. Berbeda dengan agama, yang menyerang budaya massa ini dari segi hubungan vertikal, membebaskan manusia dari imaji-imaji semu yang coba ditanamkan oleh para produsen.

Bagi saya ada perbedaan mendasar. Agama mencoba menghantarkan manusia pada kebebasan sejati melalui sebuah identitas fitrah, kalangan materialisme lebih banyak menggugat cara kerja para pemilik modal dalam membuat konstruksi kesadaran palsu. Masalah yang disoroti oleh orang2 materialisme adalah adanya klas penguasa(yang kini ditempati oleh para produsen) dan klas yang kesadarannya terjajah(para konsumen). Perbedaan mendasar inilah yang menurut saya agak serem kalau dicampuradukan.

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...