Pernahkah kau merasa sebuah perasaan bertubi-tubi menyerangmu dalam waktu yang sangat singkat? Hingga engkau lupa bernafas dan merasa kesulitan untuk mencerna apa yang tengah kau alami? Kalau belum, sungguh sayang, karena aku tak tahu apakah kau dapat merasakan apa yang kualami kemarin.
Saat kususuri jalan-jalan itu, hffh.. sungguh susah mengatakannya, aku seolah menyusuri bayang-bayang kenangan. Meresapi segala hal yang terjadi sambil tetap berada dalam kondisi sadar. Tempat-tempat yang dulu pernah menjadi begitu penting, dengan pengalaman-pengalaman yang tak terlupakan, masalah, tawa, tangis, senyum, pelukan, coklat ayam jago, martabak panas, permen loli, catur, perpustakaan di malam hari, bintang, badminton. Bagaimana mungkin kau menjelaskan 3 tahun dari hidupmu dengan kata-kata, dengan sebuah cerita.
Ketika sampai di teater terbuka, sebuah cerita dari sel otakku mendesak keluar. Ia ingin diabadikan, katanya. Maka mengalirlah kenangan tentang tahun pertama di IC. Tahun yang kuisi dengan masa adaptasi dan penuh pemberontakkan. Namun disaat yang sama aku juga mulai merasakan sebuah perasaan sayang pada gedung, kelas, kegiatan serta teman-teman. Mungkin kau akan heran, kenapa perasaan benci dan sayang bisa bercampur aduk tidak karuan. Kalau kau tanya aku, akupun tidak tahu jawabannya. Tapi berbagai pengalaman-pengalaman sederhana, yang sekarang tampak berkesan tapi dulu terasa begitu biasa, tampaknya menjadi bagian dari hadirnya perasaan sayang itu. Di tahun pertama pula, aku mengikuti ekskul teater dan mading Magnet. Dua ekskul yang secara tidak langsung menjadi bagian dari identitasku saat ini.
Kau tahu, di tahun pertama aku sudah harus langsung tampil untuk mengikuti lomba teater antar SMU. Bisa dibayangkan, aku yang tingkat demam panggungnya lumayan parah, harus tampil di depan orang banyak, mana saat itu kami muncul dengan suara langsung, bukan lipsink. Sungguh pengalaman yang mendebarkan. Aku ingat peran pertamaku, sekaligus yang terakhir, adalah sebagai pelayan putri raja. Meski saat itu kami tidak keluar sebagai juara, pengalaman pentas di depan panggung dan disaksikan banyak orang pernah kualami.
Ekskul mading merupakan kegiatan yang sampai saat ini masih memberikan bekas yang mendalam. Bicara mengenai kenanganku di mading, tak bisa tidak aku akan menyinggung mengenai satu sosok, Alief Firmansyah(terakhir aku dengar kabarnya, ia sudah menjadi ketua senat fakultas teknik UI). Ia-lah yang sedikit banyak mengajarkanku akan dunia tulis menulis dan cara berpikir kritis. Ide-idenya, bagiku yang saat itu masih lumayan polos(cka..kak..ka..), sangat visioner dan senantiasa mendobrak kemapanan berpikirku. Aku bertanggung jawab atas rubrik profil dengan sudut sesuai kesepakatan rapat redaksi. Dalam proses belajar, aku sangat terbantu oleh bimbingannya, serta saran-sarannya dalam membuat tulisan yang bagus. Hal lain yang tak bisa aku lupakan adalah suasana kekeluargaan diantara pada mading’ers. Ngetik sampai malam di lab komputer sekolah di malam minggu sudah menjadi makanan mingguan.
Aku ingat pengalaman pertamaku mewawancara orang. Tanpa ba-bi-bu, aku disuruh mewawancara calon ketua OSIS. Pengalaman wawancara pertamaku ini sekalian menjadi salah satu syarat agar aku resmi menjadi anggota mading magnet. Bayangkan, aku yang masih grogi berat ditambah harus menghadapi orang baru tanpa gambaran latar belakang sama sekali, sungguh suatu kondisi yang mengerikan. Untung saja, kakak kelasku di mading berbaik hati membuatkan janji pertemuan. Akhirnya jadi juga aku mewawancara kak Imam Subekti, dengan banyak diam dan grogi berat. Hipi…(job accomplished).
Masih ada banyak lagi suara-suara dalam kepalaku yang sedang mengadakan pesta pora, namun tiba-tiba suara itu berhenti. Sebuah sosok membuat semua suara itu terdiam, entah karena terkejut, senang atau segala rasa lain. Tiba-tiba fokus tidak lagi pada masa lalu tapi masa kini. Pernahkah kau merasa, ada begitu banyak hal yang ingin kau ceritakan, tapi saat kau sudah ada di depannya, lidahmu kelu, kau tiba-tiba kehilangan kata-kata, segala hal yang sempat terpikirkan olehmu lenyap dengan kehadirannya. Pikiranmu seolah menjadi kacau balau tidak karuan, dan saat ia melihatmu, kau hanya berharap, kau tidak mengeluarkan kata-kata konyol yang akan membuat wibawamu runtuh.
It’s a long..long journey..
12 comments:
wah, bener-bener ngaruh bgt ya IC buatmu? tapi gue liat emang banyak anak IC yang bener-bener punya kenangan sama ICnya,
kemaren juga gue baru maen lagi ke SMU setelah 3 tahun...gak banyak yang berubah! tapi emang maksa diri buat noleh lagi ke belakang..
ternyata...gak beda jauh diri ini, rugi bo!
*plok plok plok tepuk tangan*
keren.. keren, mbak kita yang satu ini ;)
Ass..
lagi iseng browsing IC..
tiba2 baca tulisan ttg kenangan di IC.
Sama ka...
aku jg alumni IC..
mang bener bgt kenangan yang umbuh di hati kita ttg IC ga bisa diungkapin..
banyak banget yang udah terjadi..
Salam kenal ya..
Asslmua'alaikum...
slm kenal, saya juga alumni IC...
Backsound-nya bikin mau nangis ih...
inget pertama kali masuk GSG, pertama kaliiiii banget...
sampe tiga tahun ke depan, semua kenangan tumplek di situ...
tahun terakhir pun, perpisahan terakhir juga terjadi di GSG...
tempat melepas orang-orang yang udah kayak keluarga sendiri, di IC, lewat prosesi wisuda
Bener kata Rasul:
"membenci dan mencintailah seperlunya"
gak nyangka, yang tadinya benci sama IC sampe seubun-ubun,
sekarang justru kangen berat dan pengen semuanya bisa terulang kembali,
even just for one night...
Waduh, kenalan tapi ngga nyebut nama. Masa-masa di IC memang ngga tergantikan ya? Waktu kakak sekolah, tiap kali kenaikan kelas, pasti minta pindah sekolah, meski akhirnya ngga jadi, makanya pak Iis selalu ngeledekin. Tapi pas udah keluar, yang ada kangen terus tiap kali inget IC.
assalamualaikum...
whua...ngena banget ni tulisan. eniwei, ni kak yuti ya?
Yuti yang dulu kelompok gura-nya bu etty?
still remember me? putri ai, adek kelas angk bwh kak yuti pazzzz...
Assalaamu'alaikum Wr Wb
Tulisannya bagus, backsoundnya bagus, jadi ingat masa lampau. IC memang kenangan yang tidak akan terlupakan, suasana yang mungkin hanya didapat dari keluarga yang penuh dengan kasih sayang.
Walau banyak duka, tapi rasa duka itu yang menurut gwe menimbulkan rasa suka, aneh yah.
Gak usah kenalan yah, dah kenal kok :D
Wassalaamu'alaikum Wr Wb
kk, tulisannya bagus. tadi gk sengaja cari2 kata "insan cendekia" di google, trus nemu tulisan kk.
alhmdulillah y k, banyak manfaat yg didpt dr skul d ic. bner tu, skul d ic da manis n pahitny, tapi smwny baru krasa pas qt ud klwr dr IC..
ngena banget rasany..
oya, q jg alumni. baru lulus, caca, angktn '07.
k yuti y..
kayaknya qt pernah kenalan waktu bukpus iaic 3 taun lalu. fitri yg baik hati itu loh,hehe xp
salam kenal y.. fitri angkatan 2004.ternyata cara fitri k blog ini sama spt yg lain,nge-google "insan cendekia".
sama2 lagi rindu sama ic nih yaa.. x)
ini siapa ya....
wah nama gw disebut-sebut nih di tulisannya..ga bilang2 lagi....waduh..ini kalo di kode etik jurnalistik dah bermasalah nih...untung cuma blog...hehehhehe....
add my ym on firman_e00@yahoo.com..ya....
IC.....idealisme yg absurd.....
ini siapa ya...??
wah nama gw pake disebut-sebut...ga bilang2 lagi.....waduh....ariani...hmm...siapa ya.....??
hmm..its ok kok...senang ada yg menulis IC seperti ini...yah walau sampai sekarang gw bilang....itu bukan segalanya....tapi sebagai sebuah titik awal..oklah..hehehhe...
btw add my ym on firman_e00@yahoo.com///makasi....
wah nemu tulisan ka yuti nih bout ic
aku ummu ka, insya Allah ka yuti inget
gimana ka kabarnya??
Post a Comment