Wednesday, February 02, 2005

Kepada Seorang Kawan (3)

[Episode: Marah]

Kawan,
Kemarin aku nyaris tidak bisa mengendalikan emosiku. Ya, kawan... kemarin aku marah. Tapi untung masih dalam tahapan yang paling rendah, kemarahanku baru sampai dalam hatiku. Kau tahu sensasi yang dirasakan orang yang marah, semua yang ada dihadapanmu seperti benda yang enak untuk dibanting-banting. Otakmu terasa buntu, dan semua rasanya salah, dan hal yang paling mengerikan dari marah adalah kau jadi merasa benar sendiri.

Kawan,
Mungkin kau heran kenapa aku menuliskan pengalaman marahku padamu. Aku takut, dengan emosi kemarin aku menyakiti hatimu. Aku takut... emosi yang tidak bisa kukuasai itu datang lagi mendadak tanpa dapat kucegah. Kau tahu, meski aku senantiasa menggunakan rasioku, rasa marah itu begitu menghentak-hentak, menghancurkan segala penghalang. Kawan, aku sangat ketakutan.

Kawan,
Kuharap kau tak menjauh dariku. Meski pengalaman kemarin cukup menakutkanku, namun aku mulai belajar tentang satu bentuk emosi yang lain. Biasanya aku hanya sampai taraf kesal, yang akan menghilang dalam hitungan menit, tapi ternyata marah itu bisa jauh lebih dahsyat. Kuharap, kalau lain kali aku marah, itu karena sesuatu yang Hakiki dan bukan karena egoku. Ah, manusia itu ternyata makhluk yang rumit.

Kawan,
Maukah kau menjadi pelindungku? Mengingatanku akan makna kesejatian, agar aku dapat marah pada tempatnya, agar egoku tak menguasaiku. Karena kau tahu sesuatu, kaulah salah satu bentuk kasih-Nya padaku, kau mampu membuatku merasa nyaman dan mengingatkanku pada-Nya.

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...