Thursday, February 03, 2005

Pluralitas Radikal

[judulnya serem bangeth:D, abis lagi split personality nih, antara gw dan saya, akhirnya setelah gedebak-gedebuk ngga karuan dibelakang layar, si saya menang menyisakan gw yang masih belom puas untuk cuap-cuap]

Salah satu masukan yang saya peroleh dari temen mengenai tulisan adalah ketidakcocokkan judul dengan isi(ini mah emang udah masalah klasik, ujung2nya ada orang yang ngasih judul. Berhubung ini blog, jadi anggep aja kaya dapet kado yang masih terbungkus rapih. Isi tulisannya surprise. Wah jadi keterusan, ceritanya waktu gw ulangtahun ke-17, dapet hadiah dalam kotak yang terbungkus rapih. Dengan semangat, gw goyang-goyang kotaknya. Dari dalem kedengaran klutuk-klutuk, tapi orang yang ngasih bilang ngga boleh dibolak-balik atau digoyang-goyang. Malah dibungkusnya ada tulisan hati-hati jangan dibolak-balik. Tau ngga isinya apa? KODOK... mending kodok pangeran, ini sih kodok item yang merana karena ditaro dalam kotak disket, dan karena gw rada serem ama makhluk bernama kodok, alhasil kodok yang udah ketakutan itu jadi SUPER KODOK yang loncat dari lantai kamar gw(lt.2) ke bawah. Thanx buat orang yang ngasih gw kodok, setiap ngeliat kodok gw jadi inget lo hehe...)

Nah balik lagi ke topik, saya melihat dalam pluralitas ada sebuah keanekaragaman yang menarik untuk menjaga sesuatu agar tetap dinamis. Misalkan sebuah lembaga yang telah mapan, mau ngga mau dia bakal terjebak dalam sebuah bentuk tradisi yang mengekang, kaya di diskusi milis KM beberapa waktu lalu. Saya menangkap adanya sebuah ketakutan bahwa kekuasaan akan selalu menampilkan wajah yang keras dan tidak bersahabat(ini gara-gara kepotong ama cerita kodok, jadi ide awalnya udah melayang). Artinya, untuk menjaga agar kekuasaan itu tetap setia kepada para pemilihnya atau orang-orang yang ada dibawahnya harus ada kekuatan lain yang mengimbangi. Trias politica mengenalkan tiga elemen kekeuatan berupa, badan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Belakangan muncul pilar keempat yaitu media massa, tapi selain itu ada juga badan-badan NGO(pokoknya kaya ide-nya Capra di Hidden Connection-lah). NGO itu fungsinya bukan sebagai lembaga oposisi(meski lebih sering iya), melainkan untuk mengimbangi dan menjaga sumbu-sumbu kekuasaan agar berada di jalur yang benar.

Kenapa ada pandangan seperti ini? Pertama, saya melihat faktor NGO ini digerakkan oleh masyarakat umum. Artinya sebagai alat kontrol ia berasal dari akar rumput, dan kepentingan yang ada di dalamnya tidak terlalu dominan. Hal ini menarik dikaitkan dengan kajian mengenai media massa di Eropa yang terbagi menjadi 3 kubu, yaitu media massa partisan, media massa simpatisan dan media massa non-partisan. Apa hubungannya? Bagi saya hubungannya adalah media massa sejatinya mengungkapkan kebenaran(sebagai implikasi dari dasar2 jurnalisme), namun di dunia ini tak ada yang bebas nilai(seperti yang diungkapkan oleh kang Budhiana waktu diskusi mengenai pers di KM). Oleh karena itu, saya juga tidak akan memungkiri bahwa NGO pasti memiliki interest tertentu, namun dengan adanya NGO, proses dinamisasi bisa berjalan dengan baik.

Kedua, saya selalu senang dengan perbedaan. Apalagi manusia dimata saya merupakan makhluk yang unik. Oleh karena itu banyaknya NGO juga akan memperbanyak ruang untuk berekspresi. Misalnya seseorang yang memiliki kecendrungan di bidang penelitian atau pendidikan dapat total di bidang tersebut, dan tidak mengandalkan jalur birokrasi. Bagi saya, dalam bangunan yang utuh senantiasa ada spesifikasi dan segmentasi agar kepentingan setiap orang dapat tertampung.

Pertanyaannya, bagaimana jika bagian-bagian kecil tersebut malah menimbulkan konflik? Tak bisa dipungkiri bagian-bagian tersebut juga hierarkis, andaikan kita mengumpamakan sistem tersebut dalam satu tubuh maka hierarki tertinggi dipegang oleh kepala. Begitu juga dengan hubungan antara pemerintah dengan NGO. Pemerintah pastinya memiliki hierarki yang lebih tinggi daripada NGO, namun bukan berarti NGO tidak memiliki kontrol(ya sebenernya pengandaiannya rada ngaco sih, soalnya kan otak ngambil alih semua fungsi yang lain) tapi dalam sistem pengaturan ini semakin banyak NGO dengan segmen yang berbeda-beda semakin baik. Seperti hortikultura(atau apa ya, maklum bio saya parah banget, pokoknya senantiasa ada bank gen untuk ngambil jenis tumbuhan yang asli) di bio.

Dalam sistem yang pluralitas radikal, masing-masing orang, kelompok, atau apapun memiliki kekuatan yang seimbang, sehingga bisa dicapai sebuah kesetimbangan. Tapi ini sih baru mimpi-mimpi demokrasi yang kental dengan agenda HAM, kebebasan berpendapat dll. Saya sendiri masih bingung ditengah lautan kata. :D Mending nyari kodok kali ya...

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...