Friday, February 11, 2005

Kau

Biarlah kata-kataku menjadi air yang mengalir menuju muara cintamu

Mengabadikan saat-saat kerinduan untuk bertemu denganmu, meski hanya lewat sekelebat bayang penafsiran

Oh, bahkan hatiku pun tak dapat kukendalikan, ia telah terikat padamu bahkan sebelum aku lahir

Kumohon jangan jadikan aku seperti Majnun yang mengharapkan balasan cinta dari Laila hingga ia tenggelam dalam keaku-an dirinya atau pula kisah Romeo yang mati karena telah salah mengerti

Biarkanlah aku menjelajahi cakrawala tak bertepi hanya untuk lebih memahamimu

Membacamu lewat keindahan bintang dan rembulan, bahkan lewat seekor burung yang menggali tanah disamping saudaranya yang telah mati

Lewat rintik hujan yang memberi kehidupan kembali kepada sang bumi

Gelak tawa lepas di pojok jalan

Seorang opa lengkap dengan senyum ompong dan pacul tuanya

Entah kenapa semua mengingatkanku padamu

Ada yang bilang seseorang yang tengah jatuh cinta akan menjadi begitu buta

Begitulah aku, angin, bintang, mentari, daun, semuanya menjadi bagian dari lukisan atas namamu

Tak peduli apa yang kutemui, udara, rasa, jiwa semua hanya menuju pada satu titik yaitu Kau

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...