Dangdut is the music of my country
My country.. oh my country…
(Project Pop)
Musik merupakan salah satu unsur yang bisa membangun mood saya. Meski kadang pengaruhnya bisa juga terjadi sebaliknya. Apalagi karena hanya bergantung pada radio, lagu-lagu yang saya terdengar benar-benar dipengaruhi kebaikan hati pemancar untuk berbicara dan memasang iklan seminim mungkin, sambil berdoa selera saya bukan minoritas. Keadaan sedikit lebih baik kalau sedang menyalakan kompie, meski ada beberapa lagu kebangsaan yang sudah sampai taraf jenuh, tetap saja saya putar. Ternyata meski kuping sudah bosan, lagu-lagu tersebut masih berfungsi baik pada mood dan ide-ide.
Kenapa musik bisa begitu kuat pengaruhnya? Musik merupakan salah satu bagian dari budaya yang paling tua usianya. Manusia zaman pra-sejarah memiliki musik ritmik, manusia modern dari yang hidup di pinggir kali hingga gedung opera mengenal musik, dan uniknya hampir semua kebudayaan memiliki lagu pengantar anak-anak tidur. Sedemikian universalnya musik hingga janin pun sudah mulai diperkenalkan dengan musik.
Namun musik seperti apa yang bisa disebut universal? Apakah tiap musik dapat diterima oleh semua kuping, atau sebagaimana unsur-unsur dari budaya lainnya, musik juga memiliki identitasnya sendiri sehingga penyebarannya terkait erat dengan kultur masyarakat di daerah lain? Seperti kutipan lagu Project Pop diatas, dangdut dinyatakan sebagai musik negara ini. Meski kemasannya humor, pernyataan tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata. Penyebaran dangdut belakangan ini melonjak drastis, terutama jika dilihat dari tingkat penerimaannya di masyarakat.
Era 80-an, dangdut memang sudah dikenal luas. Namun penyebarannya masih sebatas strata ekonomi tertentu. Tahun 1990-an, masih sedikit tayangan televisi yang mau menyajikan acara-acara dangdut. Pada saat itu, stigma dangdut masih terbatas kalangan menengah kebawah. Tapi belakangan ini, stigma itu runtuh. Televisi dengan segmen menengah ke atas, sudah mau menayangkan dangdut, bahkan menayangkannya dengan porsi yang cukup besar. Penyanyi pop yang dulunya dianggap mewakili strata tertentu pun kini sudah ada yang beralih pada jalur ini. Puncaknya, munculah lagu Dangdut is the music of my country yang mengukuhkan kehadiran dangdut di belantara musik tanah air.
Lain dangdut, lain musik klasik. Dari dulu hingga saat ini, penikmat lagu klasik masih merupakan golongan minoritas. Selain karena konsep full orkestra memakan biaya besar, musik klasik juga masih dianggap asing. Meski demikian dalam studi perkembangan otak, musik klasik dinilai paling kompeten untuk merangsang kecerdasan anak.
Saya sendiri lebih memilih lagu-lagu pop, meski sama-sama instrumen. Musik yang keluar dari piano Richard Claydermen ataupun saksofon Kenny G bagi saya lebih sederhana dan tidak mengganggu aktivitas menggali ide, dibandingkan Beethoven, Mozart dkk. Kalaupun saya ingin mendengar instrumen yang lebih lengkap, saya memilih Kitaro ataupun Yanni.
Apakah kecendrungan ini dipengaruhi ke-Timuran saya? Mungkin saja, tapi hal ini tidak terjadi kalau saya mendengar lagu-lagu pop Barat. Lagu pop dengan cepat bisa saya ikuti serta nikmati. Bukan hanya lagu pop Barat, lagu-lagu anime yang tidak saya pahami artinya, langsung akrab begitu saya mendengarnya. Penyebaran lagu-lagu dengan bahasa yang tidak umum belakangan ini sering saya temui. Dipelopori oleh lagu-lagu anime beberapa tahun lampau, kini sukses serupa diikuti oleh soundtrack lagu dorama, serial
Keadaan diatas mengindikasikan suatu lagu bisa dengan mudah diterima jika disajikan secara terus menerus, sehingga menjadi familiar. Apakah musik klasik juga bisa diterima secara luas jika diperdengarkan secara terus menerus, atau lagu klasik memang memerlukan konsentrasi khusus yang disebabkan oleh susunan not-nya yang rumit?
1 comment:
Get your Online Lyric song in http://www.lyrics-x.com
Post a Comment