Wednesday, November 23, 2005

Algoritma

Beberapa hari ini layar favoritku adalah LaTex. Pilih beberapa folder album musik sebagai patokan waktu, beberapa buku teks di meja yang terjangkau tangan, serta kertas-kertas yang sudah penuh dengan notasi matematik. Hmm.. ternyata meski udah lumayan terbiasa dengan perintah-perintah sub-superscript, \leq, \sum, untuk menyalin notasi yang makan beberapa halaman buku dan kertas kotretan tetap membutuhkan waktu lama. Bagian yang paling menghibur dari menulis dengan LaTex adalah saat ngompile di Adobe, bentuknya jadi bagus banget. Hmm.. kayanya aku bisa bikin algoritma kegiatanku pagi-pagi deh.

Pagi-pagi cari koran, kalau beritanya menarik, baca, jika tidak, mulai menyalakan komputer. Kalau milih baca koran, akan terjadi iterasi yang berpatokan pada waktu dengan kriteria penghentian jika tidak ada lagi berita yang menarik atau waktunya lebih besar daripada setengah jam. Kalau pilihannya tidak, maka mulai memasang kriteria penghentian kerja berdasarkan waktu. Kalau mau 1 jam, pilih satu folder musik saja kemudian pasang di winamp. Selanjutnya mulai menyalin notasi-notasi yang ada di kertas kotretan dan buku teks ke LaTex. Jika penurunan rumusnya sudah rapih, dan tidak loncat-loncat, maka bisa langsung diketik. Tapi jika tidak, buka buku teks dan cari teorema, lemma, maupun definisi yang mampu menerangkan bolong-bolong pada pembuktian rumus. Pencarian informasi di buku juga ada metodenya, mulai, lihat index, kalau bukunya tidak memiliki indeks maka lihat di daftar isi. Nah, kalau musiknya sudah habis, ada dua pilihan, terus atau berhenti.

Huahaha... hasil keracunanku akan struktur.

1 comment:

za said...

Selamat Ti. Anda sudah kecanduan LaTex. Ha..ha... Aku juga nih. Pengen semua dokumen tulisan ku kujadiin texified semua.

BTW, kamu jadiin winamp sebagai jam? Hebat euy. Kalau aku pasti cepet bosenan juga dengerin lagu. Jadi lebih seringnya sibuk pilih2 lagu. Dalam 1 jam, bisa 10 menit kutak-katik xmms(winamp di Linux).

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...