Tadinya mau nulis dengan gaya sinis, setelah membaca salah satu komen yang singgah di kotak inbox-ku, tapi akhirnya kubiarkan saja apa yang ada dalam kepala mengalir, tanpa tahu akan berakhir dan diberi label apa.
Siapa bilang aku hanya membaca teori tanpa turun ke lapangan? Lebih jauh lagi, tiap orang pasti membentengi dirinya dengan sebuah ideologi yang takkan henti diguncang, digugat dan dipertanyakan, karena itu seorang yang dilabeli pembawa perubahan pun takkan luput dari nilai-nilai yang dianut, dan menjadikannya tak pernah lepas dari caci maki dari lawan dan segala sanjung puja dari kawan. Aku sendiri pernah guncang ketika terjun langsung mempertanyakan mengapa ada anak yang lebih memilih jalanan dibanding bangku sekolahan, atau dipandang sinis oleh orang yang dipandang sebagai ‘pelindung’ ruas jalan karena mengharapkan ada perubahan dengan survey yang dilabeli sebuah penelitian. Di lain waktu terhenyak pada seseorang yang meminta-minta karena ia telah puas dengan kondisi dirinya, tanpa berusaha mencari kerja.
Memberi atau tidak memang merupakan solusi atau bahkan menimbulkan masalah yang tak berujung. Karena setelah mengenal uang, sekolah menjadi pilihan kesekian, atau telah merasa bisa hidup berbekal derma orang lain tanpa merasa salah. Kemiskinan juga telah merenggut pohon-pohon dari tempatnya, entah itu kemiskinan hati ataupun perayaan hasrat, dimana tak pernah ada kata cukup. Koran-koran tak berhenti menyuarakan perubahan, para pelaku kebijakan membuat keputusan-keputusan yang aku tak tahu baik atau tidak, mahasiswa dengan turun ke jalan turut menyuarakan apa yang mereka anggap sebagai kebenaran. Aku? Setidaknya dua dari tiga sudah pernah aku geluti, dan jujur, bukan masa-masa yang cerah. Diskusi yang berujung pada beragam kesimpulan, aksi lewat tulisan karena dulu aku lebih banyak bergerak di dunia pers kampus, kegiatan sosial yang diiringi tangis haru orang yang menerima bantuan memang memberi sedikit melegakan hati, “Kau sudah sedikit berguna.” Namun selanjutnya apa?
Perlahan aku sadar, tak semuanya bisa dilakukan sendiri. Seiring dengan bertambahnya umur, aku kian mengerti bahwa suatu saat aku harus memilih sebuah peran yang menjadikanku berguna. Peran yang sesuai dengan mimpi dan kemampuan. Bukan menjadi segala, bukan pula meruntuhkan mimpi yang telah ada, namun menyadari bahwa manusia menjadi istimewa karena bersama. Adanya pembagian peran, dan juga menyadari kelemahan diri yang hanya bisa diatasi dengan kehadiran orang lain.
Aku pernah sinis, memandang dunia dengan pesimis dan amarah. Namun aku jadi lelah dan gelisah, pun aku tak dapat berbuat apa-apa dengan segala yang kuketahui itu. Pernah juga menenggelamkan diri pada fiksi ringan maupun komik sebagai katarsis, tapi akhirnya aku kembali, dan kuharap kali ini aku lebih kuat.
Anyway, apa yang membuatku kuat adalah kehadiran orang-orang menakjubkan yang ada di sekelilingku. Aku benar-benar merasa sebagai orang biasa di tengah-tengah orang-orang luar biasa. Orang-orang yang tak henti mengajariku cara bermimpi, peduli, penuh dengan kasih sayang, dan juga mengajariku untuk kuat. Yup, segala sesuatu memang tak terjadi begitu saja, dan semua merupakan wujud kasih-Nya. Terimakasih ya Rahman.
7 comments:
Kembalikanlah kepada Nya dengan sabar dan syukur, jangan lepas kendali di saat putus asa dan gelisah.
Sahabatmu selalu
Kadang ada masanya hati gundah gulana, tak tahu hakikat diri kita. Makin dicari makin gundah. Beruntunglah kita yang memiliki hotline penghubung dengan Yang Maha mengetahui siapa diri kita. Kenapa tidak dimanfaatkan sarana itu berbicara denganNya berkomunikasi denganNya, paling tidak tersedia waktu 5x sehari.
Yup, dan salah satu wujud kasih-Nya yang senantiasa membuatku kuat adalah kehadiran orang-orang yang Dia kirimkan untukku.
Makasih...
#1
Bukan menjadi segala, bukan pula meruntuhkan mimpi yang telah ada, namun menyadari bahwa manusia menjadi istimewa karena bersama. Adanya pembagian peran, dan juga menyadari kelemahan diri yang hanya bisa diatasi dengan kehadiran orang lain.
Yut, berminat kembali ke "komunitas itu"?
#2
Yup, dan salah satu wujud kasih-Nya yang senantiasa membuatku kuat adalah kehadiran orang-orang yang Dia kirimkan untukku.
Ehm, "dia"-kah salah satunya ???
Yustikaa....
#1: Nope, tidak kembali karena nyadar kalau ternyata gayaku beda, makanya sekarang sedang nyari identitas diri.
#2: semuanya, including you:)
Hihi... padahal sebenarnya aku kan penjahat!
Post a Comment