Friday, February 11, 2005

Antara Re, aku dan nya

Re, aku mau berterimakasih padamu. Karena engkaulah aku bisa merasakan apa yang disebut dengan kangen. Puluhan kata miss u dan salam kangen telah menjadi kata-kata yang tidak terpisahkan dalam sms ataupun mail yang berasal darinya. Bahkan mungkin karena kau, persabatanku dengannya bisa langgeng hingga saat ini. Re, aku tidak tahu seandainya kau tak ada. Mungkin pertemuan menjadi suatu hal yang biasa dan berlanjut pada suatu kebosanan dan keterikatan, meski aku percaya sahabat sejati senantiasa kekal abadi, tapi bagaimanapun kau telah memberikan warna baru.

Kau tahu Re, dengan keberadaanmu aku hanya bisa mengira-ngira apa yang sedang dilakukannya sekarang, mereka-reka perubahan apa yang ada pada dirinya. Kalau aku sudah bosan bermain dengan bayang-bayang, beberapa sms cukup untuk menutupi rasa kangenku. Kau tahu Re, kadang kata-kata lebih cukup dari sebuah pertemuan. Kau mungkin akan mengatakan bahwa ada banyak hubungan yang putus karena kau, tapi dalam kasusku keumuman itu tidak berlaku. Keberadaanmu diantara aku dan nya, mencukupi kebutuhan akan sebuah ruang, dan ruang itu adalah kau Re. Kaulah yang membuat persabatanku dengannya berjalan dengan demikian hangat.

Meski kadang ingin kuenyahkan kau dari pelupuk mata, karena sebuah pelukan hangat akan jauh lebih berarti dari kata-kata atau saat aku dan nya hanya duduk terdiam mengamati langit di malam hari, menikmati kebersamaan kami dalam sebuah keheningan dan kehangatan yang lahir dari saling pengertian. Ah Re, pada saat-saat itulah kadang aku jadi tidak menyukaimu. Sepanjang hidupku aku tak pernah mau membenci sesuatu, hal terburuk yang pernah kupikirkan mengenai sesuatu atau seseorang adalah tak suka. Ya… jika aku sudah sampai pada titik itu, aku hanya akan mengatakan bahwa kita memiliki jalan yang berbeda. Dan pada saat-saat seperti itulah aku ingin mengenyahkanmu untuk selama-lamanya.

<>Mungkin aku akan menyalahkan keberadaanmu karena gara-gara kau aku tak bisa lagi merasakan saat-saat hening, dimana alam pun berhenti bernafas karena takut mengganggu kesakralan hubungan kami. Sakral? Tampaknya akan kujawab dengan ya, karena saat kau bersama dengan seseorang yang telah begitu dekat, segala sesuatu yang ada dihadapanmu seolah kehilangan arti. Kau tak perlu berkata-kata, kau hanya perlu menatap matanya dan mengangguk mengerti. Karena kau Re, aku kehilangan saat-saat itu. Tapi karena keberadaanmu pula aku jadi menemukan sebuah dimensi baru dalam hubungan kami, bahasa pengertian yang bahkan tak lekang oleh kau Re, ya Rentang. Ternyata pengertian hadir karena kesatuan jiwa, bukan oleh rentang jarak, waktu ataupun tempat.

Re=panggilan sayang untuk Rentang. Dalam studi bahasa, ada dikotomi kata-kata feminim dan maskulin, dalam hal ini rentang saya letakkan rentang dalam kubu feminim karena penuh dengan rasa dan emosi.

NB: for my best friend in Yogya, thousand words I said to you can’t make my feelings better, it makes me miss u even more. You know, the name Re that I use in this story remind me to Ferre. An ego in Supernova, book which help us to define the meaning of love, and became a part of our history. Do you still remember that we used to think that the love that Ferre have for Rana wasn’t true love’s, coz’ it make other people miserable, and isn’t good for both of them. We use to say that true love guides people to freedom and happiness, true love doesn’t make people hurt.

Miss u, miss u, miss u, always.

2 comments:

Anonymous said...

Aku setuju sekali jika cinta antara ferre dan rana dalah bukan cinta sejati.
Mereka tidak membebaskan satu sama lain. Tidak seperti Arwin.

Pernahkah kamu mencintai seseorang dengan konsep cinta yang membebaskan? Karena love is free, free is love..

reiry said...

love more than just a kiss
kalimat yang tertulis dikartuku dulu kala

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...