[Episode: Cinta]
Kawan, sudah cukup lama aku tidak menyuratimu.
Aku selalu kagum dengan keteraturan hidupmu. Sesuatu hal yang sampai sekarang belum bisa kulakukan. Aku bukannya tidak pernah mencoba, tapi dengan mudah percobaan itu gagal total karena aku tidak pernah tahan pada sebuah ritme. Kau mungkin akan mulai mereka-reka bagaimana kacaunya ritme hidupku sekarang, sebenarnya tidak juga. Aku masih setia dengan perjalanan rumah-kampus, atau buku-buku karya pengarang favoritku. Bahkan, aku baru membeli sebuah buku baru karya
Kawan, ada sesuatu yang membuatku gelisah. Aku perlu pertimbanganmu dari sudut yang logis. Apa yang kau ketahui tentang cinta? Kenapa kata itu seringkali disebut dalam lagu-lagu ataupun film-film? Semua definisi yang aku ketahui tampaknya tidak mampu menjelaskan mengapa rasa itu bisa menyebabkan seorang berbinar-binar sekaligus menitikkan air mata. Apakah cinta itu sebuah rasa yang bisa dijelaskan dengan logika dan penjelasan ilmiah, atau ketika kau bertemu dengan seseorang, kau hanya bisa merasakan bahwa ia adalah orang yang tepat?
Kawan, apakah menurutmu mungkin ada persahabatan antara perempuan dan laki-laki? Kalau aku termasuk yang menjawab mungkin. Tapi menurut survey yang aku lakukan(kau lihat, aku mulai menjadi seperti kau yang menggunakan metode ilmiah untuk menjelaskan kondisi yang menimpa diriku), mayoritas menjawab tidak mungkin.
“Bagaimana dengan perasaanmu sendiri?” tanyamu suatu kali. Aku tidak tahu, kalaupun perasaan itu ada, aku takkan mengungkapkannya. Aku tak memungkiri kadang ada seseorang yang mampu membuat denyut jantungku berdebar lebih cepat. Sesekali muncul pertanyaan menggoda, apakah ia memiliki perasaan yang sama denganku, tapi kutepis pertanyaan itu jauh-jauh. Masih banyak hal yang ingin kulakukan dan kucapai saat ini. Bukankah ketertarikan merupakan sesuatu hal yang pasti akan menghinggapi anak adam, merubah hal yang biasa menjadi penuh warna hanya dengan melihatnya? Tinggal bagaimana menempatkan perasaan itu dalam wadah yang benar. Semoga saja, aku tidak termasuk golongan orang-orang yang melampaui batas.
Mungkin kau bingung membaca suratku kali ini. Aku tidak akan heran kalau kau merasa seperti itu, kuharap kata-kata dari buku Vita Brevis bisa menolongmu untuk memahami apa yang tengah aku rasakan(sekalian agar kau tidak mengataiku sebagai seorang fans fanatik buta :D), “Betapa aku merindukanmu, Floria! Andai kau ada bersama kami saat ini. aku ingin bertemu denganmu, aku ingin bertemu denganmu dan, pada saat yang sama, aku juga tidak ingin bertemu denganmu. Aku ingin, tetapi aku tidak bisa , dan aku tidak boleh, tetapi aku sangat ingin.”
Potongan diatas merupakan bagian dari
Sama halnya ketika kau menyatakan perasaanmu. Kau bilang bahwa kau bersedia melakukan apa saja asal ia bahagia, tapi ternyata pernyataanmu adalah satu-satunya hal yang membuat ia terluka. Bukan karena dirimu secara langsung, tapi karena di dalam dirinya berlangsung pertempuran, antara menjaga perasaanmu dengan mempertahankan hatinya sendiri. Aku tidak yakin penjelasan tambahanku dapat membantu, sebenarnya aku juga tidak tahu apa yang tengah aku bicarakan dan lakukan. Karena itu, sebagai seseorang yang kuanggap paling mengerti diriku, kuharap kau mau menjelaskan apa itu cinta.
Semoga Sang Maha Kasih senantiasa membalas segala kebaikanmu.
Salam sayang selalu,
Kawanmu
No comments:
Post a Comment