Jalan itu masih rapuh...
Kejelasan yang selama ini kurintis tampaknya tak membantu banyak. Sekali meredup, kadang terang. Buram, jelas... bergantian tak tentu. Tanpa titik tuju, jalan itu kulalui jua. Bukankah aku senatiasa tahu batasan, lalu kenapa langkah menjadi persoalan.
Malam beranjak pekat...
Lagi-lagi aku ditemani layar monitor. Tempat curhat atas segala rehat. Waktu jeda yang kini tampak menganga. Hingga luang pun tak lagi terang, ia sama kelam dengan kesempitan. Layaknya feminim dan maskulin yang menggenap padu, atau yin yang menyempurnakan yang. Dua adalah satu, menyatu. Hingga baik tak pernah ada jika tak ada buruk. Lalu apakah aku baru menjadi sesuatu/seseorang jika ada perbandingan?
Waktu terus berjalan...
Di ambang batas. Di tepi lara... Kutatap lagi segala hal yang telah kulalui. Cita-cita masa kecil, buku-buku, teman-teman... Pilihan-pilihan... kesempatan.... Banyak hal yang telah kulalui dan aku tak tahu apa yang akan kuhadapi.
Semoga Kau tak bosan dengan pintaku, dan tetap menjagaku dalam kasih-Mu....
5 comments:
Malam beranjak pekat...
Lagi-lagi aku ditemani layar monitor. Tempat curhat atas segala rehat.
Kasian banget kamu Ti, sampai gak punya temen untuk cerita gini? Komputer mu kamu kasih nama aja, kaya Mita. Biar komputernya seolah-olah jadi orang. :P
Ki... ngga segitunyalah, cuma malam enak banget buat dipake buat merenung dan karena lagi di depan kompie, tulisannya jadi kebawa melow. Ceritanya lagi merenung abis baca Intisari edisi April. Salah satu ceritanya tentang peneliti muda, dengan prestasi udah mengglobal. Jadi mikir ulang aja, hidupku mau diarahin kemana.
Ha...ha.... katanya kamu juga suka biarin segala sesuatunya mengalir Ti? Tapi kadang pengen juga ya mau ngarahin kemana.
Malam emang enak. Aku juga lebih suka "kerja" malam. Baca, nulis terus refleksi.
Ceritain dong soal peneliti muda yang di Intisari April.
Hehe.. iya..ya... kena juga deh. Abisnya sesudah membaca beberapa kisah orang-orang sukses mereka memang sudah fokus dengan pilihan hidup mereka. Kisah peneliti di Intisari juga seperti itu, dari SMA, bu Ines udah fokus ke penelitian. Umur 28tahun udah jadi doktor, trus dapet penghargaan prestisius internasional. Beberapa analisis: beliau berasal dari keluarga intelektual, pendidikannya didominasi oleh pemikiran Barat, dan dari kecil beliau memang sudah fokus ke satu titik.
Anak-anak yang cerdas
Sesekali pernah di waktu yang lampau, waktu kecil kita, ingin mencapai suatu impian yang indah. Kita barangkali akan iri dengan anak-anak ini, yang bisa di temukan di:
http://www.4teachers.org/kidspeak/
Post a Comment