"Yut, kamu kuning," kata Yan kemarin. Kemarin ada buku tentang warna dan karakter orang. Tau ngga, pas aku baca ternyata koq banyak benernya ya. Meski aku rada males mengkasifikasi sifat atau karakter orang, termasuk diriku sendiri(soalnya kata ibuku dari hasil penelitian terbaru karakter orang sampai 10![faktorial] kombinasi) ternyata buku itu rada2 nyepet. Hua..ha... tebak karakter kuning dibilang apa aja: periang, anti-komitmen, trus turunan-turunan keduanya. Hmm... baiknya bukan sebagai pembenaran kali ya... tapi lebih bagaimana mengintrospeksi diri.
Kalau dipikir-pikir, seorang wartawan/saintis yang baik kan memang harus menjadi seorang pengamat sejati. Artinya, sebisa mungkin pengaruh subjektivitas pribadi direduksi. Kalau kata pak bhm waktu training kemarin, media berperan sebagai juri dalam sistem peradilan. Media memiliki otoritas untuk menyaring informasi apa yang layak ditampilkan kepada publik, sementara posisi hakim tetap dipegang oleh pembaca. Nah, aku juga lebih senang menjadi pengamat daripada terlibat langsung. Implementasinya ya... jadi rada-rada ancur. Udah berapa bentuk kaderisasi yang aku hindari, mulai oskm, os jur, LMD, sampai bentuk-bentuk kaderisasi yang lebih informal sampai jabatan-jabatan struktural. Hehe... istilah kerennya out of structure... Hal yang mengimbangi sisi ini hanya segi kompromistis yang aku miliki. Agar menghindari konflik, aku harus tetap melakukan tarik-ulur, antara keinginan dan kewajiban. Lagian ngga kebayang kan kalau hidup menentang struktur terus menerus.
Ilustrasinya seperti ini, ketika dunia diributkan oleh dikotomi antara blok barat dan blok timur, Indonesia dan negara-negara netral memproklamirkan diri tergabung dalam Gerakan Non-Blok. Pada akhirnya, GNB ini memiliki kebijakan regional sendiri, dan bentuk kerjasama2 antara negara anggota. Lalu apa bedanya dengan blok Barat, dan blok Timur yang juga melakukan hal serupa bagi para anggotanya. Contoh yang agak berbeda mungkin pada istilah himpunan dan non-himp. Istilah ini masih benar, karena orang-orang yang non-himp tidak membentuk sebuah organisasi formal.
Pada kasusku, ketidakteraturan yang aku alami lama-lama membentuk pada sebuah bentuk kemapanan baru, yaitu keteraturan yang tidak teratur(chaos). Kontradiksi dengan pola hidup tidak terstruktur. Hua..ha..ha... abis belajar anril(baca:unreal), pelajaran killer di math. Jadi aja pola pembuktian argumentasinya menggunakan pembuktian secara tak langsung(kalo ngga salah istilah kerennya reducto ad absordum).
Ibuku pernah mengusulkan, kalau melanjutkan ke S-2, mending milih yang lebih sosial, seperti kajian kebijakan. Isi orang-orangnya sosial ama sains, nanti kerjanya di BAPPENAS. Di Indonesia masih realtif baru, tapi kalau di luar negeri, udah banyak universitas yang menyediakan jurusan ini. Ada kenalan maya yang mengambil jurusan ini di Amrik, pas aku baca tulisannya keren banget. Hal yang kebayang dalam benakku adalah kajian kebijakan teknologi atau semacam itu deh... Intinya jadi pengamat abis...
No comments:
Post a Comment