Masih seringkah kau melihat rumah tanpa pagar? Jika tidak, maka ada baiknya kau menjelajahi daerah-daerah yang jauh dari keramaian
Di pojok jalan, ada sebuah rumah istimewa. Kau mungkin akan berkata, “Ah, semua rumah sama saja.” Tapi selain karena posisinya yang menghadap langsung ke danau, sehingga kau bisa melihat air tenang sepanjang hari dan letaknya yang bersebrangan dengan masjid, rumah di pojok jalan itu juga menawarkan kehangatan. Atmosfer yang hanya dapat kau rasakan ketika sedang bersama dengan orang-orang yang kau sayangi. Selain orang-orang yang ada dalam rumah tersebut, tetangga pun saling mengenal. Seperti ketika aku sampai di rumah, tetangga sebelah mengantarkan masakan dengan resep yang baru dicobanya. Begitu pula ketika masa lebaran tiba, kunjung-mengunjungi sudah menjadi bagian dari tradisi.
Mungkin kau akan berpikir, tradisi-tradisi hanya cocok untuk dikerjakan generasi tua. Meski kadang aku malas untuk bercakap-cakap yang tak jelas juntrungannya, tapi dengan keanehan hubungan itu, dunia itu menjadi lebih hangat. Lagipula, sejak kapan kasih sayang dan hubungan antar manusia bisa diparameterisasi efektif dan efisiensi. Seperti ketika kau merawat bunga anggrek yang angkuh, keterikatanmu dengannya tercipta bukan karena keindahan kelopaknya, melainkan kerumitan untuk merawatnya. Tak masalah berapa lama anggrek itu baru mau menunjukkan keindahaannya. Meski karena alasan itu rumahku menjadi satu warna, hijau. Pohon buah-buahan di halaman yang menghadap danau, suplir di bagian depan rumah, dan anggrek-anggrek yang menolak untuk berbunga. Bisa saja kau mengganti anggrek-anggrek manja itu dengan bunga rumput yang hanya membutuhkan sepetak tanah dan air hujan, namun mungkin kau tak mengalami kelekatan dengannya.
Karena ketika kau bahagia, kau takkan bertanya mengapa, hanya diam dan merasakan segala…
2 comments:
Ti, kamu suka nulis "Rumah Tanpa ***" yah. Seingatku dulu kamu pernah nulis "Rumah Tanpa Atap" (CMIIW: Correct Me If I'm Wrong(?)).
Sekarang "Rumah Tanpa Pagar". Besok-besok apa lagi yaa....... (sori komentar nya keluar dari substansi tulisan)
(baca dulu deh)
Woits, fufu (ngikutin kamu). Yup setuju. Kebahagiaan, kehangatan, keceriaan, kasih sayang, tidak bisa diukur dengan efisiensi dan efektifitas. Terlalu banyak berinteraksi dengan teknologi dan kemudian mendewakannya, ternyata tidak baik yah.
Iya, ada beberapa seri, Rumah Tanpa ..., trus ada Kepada Seorang Kawan dengan episode yang berbeda, trus ngga tau mau bikin seri apalagi.
Makanya Ki, jangan di depan komputer terus. Semaleman di studio(hua..ha.. pake kamuflase istilah segala), tetep aja mending main-main di dunia riil.
Post a Comment