Saturday, July 09, 2005

Kepada Seorang Kawan

[Episode: Sayang]

Kawan, salahkah jika aku membelanya? Kuharap kau tak langsung marah padaku. Tapi mengetahui perasaannya yang mendalam padamu, aku jadi bersimpati padanya. Aku mencoba melihatnya dari sudutmu, dan meski aku merasa mengerti pendekatan yang kau gunakan, aku tetap merasa sedih. Kau mungkin mengira, aku sudah berhenti memahamimu, aku menyesal jika kau sampai berpikiran seperti itu, namun mengetahui dia memiliki perhatian dan rasa sayang yang besar padamu membuatku ingin kalian berdua bisa bahagia.

Aku tahu, aku masih terjebak pada bentuk kaku, bahagia artinya bersama. Padahal kau sering bilang padaku, rupa cinta tak hanya satu. Bagaimana jika kebersamaan hanya membuat luka, padahal ketika kau sudah menyayangi seseorang, jauh diatas kebahagianmu, kau ingin melihat orang yang kau sayangi gembira. Pikiran-pikiran yang beradu menyebabkan kau berada pada sebuah dilema, antara dirimu sebelum menemukan dirinya, dan dirimu yang baru.

Kalau aku bilang perubahan itu memang menakutkan, akankah kau marah padaku? Aku tak menampik kenyataan pikiranmu sangat revolusioner. Kalau ada orang yang sangat terbuka pada perubahan, aku akan mengatakan kaulah orangnya. Tapi bagaimana jika perubahan itu terjadi pada dirimu sendiri? Kau yang biasa mandiri dan berpikir bebas, kini bergantung pada seseorang, pada sms-smsnya, telepon, dan pertemuan sesekali waktu. Dirimu terasa tak utuh tanpa kehadirannya.

Kau mungkin ingat konsep kesetimbangan? Setiap kali sebuah sistem diusik, ia akan memberikan reaksi yang setara. Untuk kasusmu, aku pikir kesetimbangan itu tak pernah tercapai. Ada terlalu banyak batasan yang menyebabkan keterpaduan tak pernah tercapai. Aku takut kalian berdua tak pernah sampai pada taraf untuk saling memahami, hanya sebatas kagum dan tak memberi ruang untuk saling berbagi. Padahal ketika seseorang sudah memutuskan untuk membuka hatinya, dirinya sama dengan keseluruhan, dan keseluruhan adalah dirinya.

Seperti ketika aku meminta ibuku memberi inspirasi ketika aku hendak membuat sebuah cerita. Jawaban ibuku cukup mengejutkan, ide-ide cerita anak memenuhi benaknya ketika aku masih kecil. Kau tahu artinya? Ketika kau menyayangi seseorang, dirimu turut berubah bersamanya, kau bukan lagi manusia bebas sebagaimana adanya, kau ber-evolusi menjadi manusia yang sepenuhnya baru, manusia yang bergantung pada orang-orang yang kau sayangi.

Tentu saja ini mengerikan. Bahkan pikiranmu pun turut berubah tanpa kau sadari, dan ini semua disebabkan orang lain. Orang yang pikiran dan perilakunya tidak bisa kau kendalikan sepenuhnya. Aku sering berpikir kenapa ada orang yang mau mengambil resiko sebesar ini? Membuka hatinya, dan membiarkan pikirannya terpengaruh dengan begitu mudah? Tapi semenjak mengenalmu, aku mengerti mengapa manusia mau mengambil resiko sebesar itu. Kebahagian yang kuperoleh setelah mengenalmu mampu mengalahkan pahit-getir yang menyebabkan persahabatan kita kian erat.

Kawan, kuharap kau tak marah padaku, karena kau tahu? Rasa sayang bisa melemahkan, seperti yang kulakukan saat ini. Aku tak mau mengirimkan surat ini langsung padamu. Sebagai seorang kawan, aku akan berdiri dibelakangmu dan mempercayai segala keputusan yang kau buat. Mungkin aku memang bukan seorang kawan yang baik, seharusnya aku berani menghadapi konflik kalau aku merasa pilihanmu salah. Tapi seperti yang kubilang, rasa sayang bisa membuat otak tak jernih, sehingga saat kau bilang kau telah memutuskan jalanmu, bagiku pilihannya hanyalah mendukungmu sepenuhnya.

Aku senantiasa mengharap yang terbaik untukmu. Aku mempercayaimu sepenuhnya, hingga aku tak mau kau bimbang karena pendapatku. Namun disisi lain, aku tak bisa menahan diriku untuk mengungkapkan pendapatku. Kau lihat, aku yang dari tadi cerita panjang lebar mengenai perubahan masih belum bisa mengenyahkan ego-ku sepenuhnya. Aku masih berkutat dengan pikiranku, idealku hingga mengesampingkan kebimbangan-kebimbangan yang telah kau tempuh, dan beratnya beban yang kau tanggung hingga sampai pada keputusan ini. Biarlah dunia maya yang menentukan surat ini sampai padamu atau hanya terperangkap dalam sebuah blog.

Kuharap aku tak membuatmu kian terluka...

Salam sayang selalu,
Kawanmu

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...