Thursday, July 14, 2005

Kepedulian sebagai Gaya Hidup

Rumahku yang di serpong sekarang dominan gelap. Hanya satu lampu yang menyala. Televisi di pagi-pagi buta juga cuma dihiasi semut bergumul. Tapi entah di tempat-tempat lain, di hotel-hotel berbintang yang menyajikan artis band dengan sound system hingga ribuan watt, atau klab malam dengan lampu disko dan musik-musiknya yang memekakan telinga. Aku tidak tahu seberapa berhasil imbauan itu.

Mungkin cara yang paling berhasil dalam melakukan perubahan adalah melalui gaya hidup. Konser Make Poverty History, atau penjualan gelang-gelang bertuliskan Poverty, dkk di sport station atau outlet-outlet sepatu import berhasil mengajak orang-orang merogoh kantongnya dalam-dalam. Cara lain lewat reality show di televisi yang mengangkat kehidupan orang tak mampu: Uang Kaget, Tolong!, Rejeki Nomplok, Pulang Kampung, Bedah Rumah dll, kalau dari segi perolehan rating, masih relatif rendah dibanding kontes pencarian idol. Namun adanya tayangan seperti itu setidaknya berhasil membuka mata masyarakat banyak. Dan kehadiran acara sejenis juga mengindikasikan bahwa tayangan tersebut punya segmen tertentu.

Peranan media menjadi alat vital. Kalau aku lihat belakangan ini, komunikasi memang menjadi bidang yang berkembang pesat. Termasuk kepedulian SBY pada informasi langsung melalui nomor 9499 dan kehadiran juru bicara presiden yang berada di luar kabinet. Meski begitu peranan para elit biasanya tidak terlalu efisien dalam mempengaruhi budaya masyarakat. Peran aktor/artis jauh lebih besar, karena itu pula duta PBB biasanya ditempati oleh aktor.

Kedekatan menjadi faktor utama, dan tak bisa dipungkiri artis yang wara-wiri di layar kaca jauh lebih dekat dengan pemirsa dibanding tokoh-tokoh nasional/internasional. Kekuatan ini pula yang ditunjukkan dengan konser Live-8 kemarin. bahkan negara sekaliber AS pun sampai mau meningkatkan bantuan kepada negara-negara Afrika hingga dua kali lipat.

Peranan massa menjadi penting, dan yang harus dicatat, keadaan ini terjadi secara terencana. Sebelum pagelaran musik itu digelar, kampanye-kampanye terus digulirkan, pewacanaan dan permainan politik untuk mencari dukungan dari simpul massa. Penyanyi dalam hal ini berperan sebagai simpul yang dapat menarik lebih banyak massa. Pertanyaannya tinggal sejauh apa masssa yang tergerak menghadiri acara musik itu tergerak?

Sebagai catatan tambahan, di Edinburgh(02/07) terkumpul 225.000 orang dan turut ambil bagian dalam the world's largest human white band around the city centre. Bagiku itulah kekuatan mimpi dari segelintir orang yang berubah jadi raksasa.

Converting dreams into action...

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...