Friday, July 22, 2005

Kota Kenangan

Pernahkah kau pergi ke kota kenangan? Sebuah tempat dimana semuanya tak berubah, sama setepat-tepatnya sejak kau tinggalkan. Waktu seolah tak berfungsi dengan baik, usiamu, keadaan segalanya. Dan sebuah rahasia besar: tak ada kesedihan. Saat kau menyusuri jalan-jalan menuju kota tersebut, kau merasakan kehangatan. Rasa yang membuatmu merasa nyaman untuk terus melangkah, setapak demi setapak. Kau tentu pernah merasakan kegamangan saat semua yang kau jalani tampak berubah. Lingkungan, teman-teman, gaya hidup, kadang sadar tapi lebih sering lagi terseret arus. Hingga kau kehilangan siapa dirimu yang sesungguhnya.

Kau ingin bilang berhenti, sekadar untuk memastikan bahwa dirimu masih ada. Bahwa kau masih bisa memegang kontrol atas dirimu, tapi kadang hal itu tidak terjadi. Kau membutuhkan waktu lebih untuk menyusuri segala hal yang telah kau lalui, dan meski hal ini terdengar sangat kuno, kau merindukan kebiasaan-kebiasaan yang membuatmu merasa nyaman. Senyum yang selalu ada, teman yang bersedia membagi jam tidurnya hanya untuk mendengar kisah-kisahmu, bahkan hal-hal konyol yang kalau dipikir-pikir tak ada manfaatnya.

Kalau kau berhasil sampai ke kota kenangan, kau akan merasa nyaman. Segala beban yang sempat menghantui benakmu perlahan akan sirna. Meski kau tahu perubahan adalah suatu hal yang niscaya, tapi membayangkan segalanya tak lagi sama, cukup mengerikan. Pulang ke rumah, menemui segalanya berbeda seperti masuk ke dalam mimpi buruk. Karena bagimu keluarga adalah segala-galanya. Manusia-manusia yang terbentuk oleh kasih dan turut berkembang bersamamu. Meski raut wajah didalamnya kini sudah penuh kerut, atau ditambah kehadiran tangis bayi, kehangatannya tetap sama.

Seandainya kau bisa membuat kota kenanganmu terus berkembang, kau akan bahagia. Tapi rasanya itu tidak mungkin. Pahit penting untukmu, agar kau bisa merasakan apa yang namanya bahagia. Seperti halnya dirimu yang menjadi unik karena kehadiran orang lain yang memiliki dirinya masing-masing. Kau perlu pahit agar kebahagianmu kian sempurna. Kau tak bisa menghindar terus menerus, yang bisa kau lakukan hanyalah mengukir perasaan-perasaan hangatmu dalam sebuah tempat, dengan jalan-jalan yang kau kenal dengan baik, sehingga saat kau merasa begitu hancur dan sendirian, kau tahu jalan menuju tempatmu yang akrab. Tempat yang memberimu kekuatan untuk bangkit kembali.

Sudahkah kau menemukannya? Kota kenanganmu yang kau bangun bata demi bata, dengan air sungai yang mengalir, kicau burung yang riang, sinar matahari yang tersangkut pohon-pohon tua berusia puluhan tahun. Atau kau lebih memilih berada di tepi pantai bersama orang-orang yang paling kau sayangi, berkejar-kejaran dengan ombak, bermain istana pasir dan merasakan begitu indahnya alam ini? Ah, tapi kalau bisa memiliki keduanya aku yakin kau tak mau memilih. Karena kesendirian kau perlukan untuk merenungkan saat-saat kebersamaan. Keduanya kau butuhkan untuk membangun kota kenanganmu secara utuh.

1 comment:

Anonymous said...

kota kenangan?

buat oranga yang terpisah kota dengan ..
orang(-orang) yang dicinta...
maka kota kenangan, hanya punya satu arti ..
kotanya...

apa kabar ya dia sore2 begini?
mereka?

dei


(karena blog spot memiliki jiwa)

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...