Kemarin seorang teman nge-sms dari pulau seberang. Ia tengah mengejar mimpinya untuk memajukan tanah leluhurnya. Cita-citanya begitu mulia: mendirikan sekolah. Silaturahim dari rumah ke rumah, menempa ilmu, menjalin rasa, dan menyampaikan cita-cita. Meski masih ada beberapa keberatan dari orang-orang terdekat, saya bisa melihat kebulatan tekad. Pertama kali mengenalnya, ia tak terlihat istimewa. Senang main, dan dengan becanda saya sering menyebutnya slenge'an. Tapi kini ia tampak jauh lebih dewasa, lebih matang, dan siap untuk menantang dunia demi mewujudkan apa yang diyakininya.
Saya sendiri tidak begitu yakin apa yang hendak saya tuju. Beberapa tawaran yang saya peroleh, sama sekali tidak ada kaitannya dengan kuliah. Tapi saya mencoba melihatnya dengan cara positif, saya kuliah untuk bermetamorfosis, evolusi kesadaran yang mampu menjadikan saya lebih baik. Saya bertanya-tanya apa arti menjadi mahasiswa, dan di penghujung tahun keempat, saya belum juga menemukan jawabannya.
Tadi pagi sebelum ke kampus, saya mampir ke BCA Banda untuk memeriksa saldo. Pak penjaga parkir langsung menyapa, "Mba, ikutan tuh, lagi ada aksi." Sambil mengikuti tangan bapak itu, saya melihat sekelompok mahasiswa dengan jas almamater berwarna hijau tua sedang melakukan orasi. Salah satu dari mereka membawa bendera almamater, dan teman-temannya yang lain membawa kain putih panjang. Mungkin karena penampilan saya, dengan jins, kemeja kotak-kotak dan sepatu kanvas, bapak itu langsung menduga saya seorang mahasiswa.
"Memang ada apa, pak?"
"Presiden SBY datang. Lihat tuh sampai ada tendanya segala, tadi malam mereka nginap di tenda. Ikutan mba, kalau sedikit mana diperhatikan," ujar bapaknya lagi. Saya tertegun mendengar ucapan-ucapan bapak penjaga itu. Kadang saya merasa, saya ini orang yang sok tau, padahal apa yang saya lihat hanyalah bias dari kenyataan. Orang-orang seperti pak parkir itulah yang tahu dan merasakan kondisi sebenarnya, dan pandangan bapak itu terhadap mahasiswa adalah orang yang idealis.
Saya tidak tahu harus senang atau tidak. Bagi saya jauh diatas idealisme mahasiswa, keluaran dari universitas seharusnya mampu memajukan bangsa sesuai dengan ilmu yang telah diperolehnya di perguruan tinggi. Apalagi untuk PTN yang telah banyak memakan uang rakyat. Jujur saja, sayapun termasuk oknum yang bersalah dalam hal ini, karena saya lebih banyak main-main diluar.
2 comments:
:)
emang hidup kadang lucu,
bahkan seorang yuti pun gak ngerti cita2nya, tapi itu sich gak aneh ya, karena yuti lah maka dia gak tau cita2nya,
mm...
ada yg bilang, hidup tanpa cita2, berarti tanpa pencapaian, karena toh gak pernah menetapkan titik2 pencapaian
daku sendiri, termasuk yang gak pernah menetapkan kemana arah hidup...
ngalir aja...
tapi kayaknya gak gitu bagus dech, jadi mumpung kamu masih muda, ada bagusnya, coba aja punya sedikit cita2, gitu kali yach...
dei
Sedikit pembelaan diri...
Hidup mengalir saja bisa bikin awet mudah. Segala persoalan dihadapi dengan sederhana, perlahan satu-persatu. Ngga perlu panik, atau ambisius, tapi tetap berguna dan tidak memakan hak orang lain.
Wah dei, muda ngga ada hubungannya dengan cara menghadapi hidup :D
-yuti
Post a Comment