Friday, July 15, 2005

Serius

Gw: "Gila lo Yut, ngga serius. Masa lo mainnya ke web-web Mediacare, Pantau, dkk. Kalau kaya gitu caranya lo ngga bakal bisa serius."

Saya: "Ngga tau nih. Apalagi ngeliat foto Ikram di blog-nya pantau. Penjelasan fotonnya student journalist in bandung lagi. Mupeng deh."

Gw: "Ayolah bertahan. Enam bulan lagi... masa ngga bisa sih. Abis itu terserah lo mau jadi apa."

Saya: "Iya, saya tahu. Apalagi tadi waktu melihat dosen yang namanya tercantum di jurnal-jurnal math internasional, kayanya hidupnya fokus banget. Begitu juga dengan teman-teman yang udah masuk ke jalur profesi. Sedangkan saya masih terombang-ambing..."

Gw: "Hei, lo koq jadi pesimis gitu sih? Kemana postive thingking lo yang biasanya?"

Saya: "Entahlah, belakangan ini saya banyak merenung Ti."

Gw: "Oh, ayolah cheer up. 'Ga segitu buruknya koq, lagian lo kan bisa ngerjain tugas-tugas yang diberikan."

Saya: "Saya cuma bingung. Dosen wali saja sampai pernah bilang bahwa saya ini punya kemampuan. Tapi saya sendiri ngga tau mau diarahin kemana semua ini. Semuanya tampak sebagai bifurkasi-bifurkasi yang mengarah pada kekacauan. Dan yang membuat saya takut, saya menikmati kekacauan itu, setiap detil kejutan-kejutannya, ketidakpastiannya membuat saya jatuh cinta."

Gw: "Tetapkan target kalo gitu."

Saya: "Koq, peran kita jadi kebalik sih. Seharusnya kan kamu yang bagian otak kanan, dan saya yang bagian analitisnya."

Gw: "Ha..ha.... gw lagi bosen, Yut."

1 comment:

za said...

Another self conversation, ya?

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...