Monday, December 31, 2007
Chaos
Sial. Nada marah yang ia ungkapkan tak bisa menutupi luka yang tergambar jelas di matanya. Aku lebih memilih melihatnya meluapkan amarah daripada menghadapi dinding pertahanan. Kenapa harus dibuat sulit, kenapa ada banyak sekali sekat untuk melihat apa yang di dalam, dan terlebih, bagaimana dia mau meyakinkanku untuk percaya?
Topeng itu masih terpasang erat, meski perlahan mulai goyah. Aku tak tahu apa yang terjadi jika dinding itu runtuh. Seperti masuk ke putaran chaos dalam saluran air. Kondisi yang dimana tak ada jalan kembali...
Friday, December 28, 2007
Sidang
Anehnya aku tak merasakan ketegangan seperti yang kuhadapi ketika sidang S1. Mungkin karena semuanya dilakukan dengan santai, dan lingkungannya relatif lebih kecil hingga aku merasa nyaman. Memasuki zona nyaman, memang sedikit membahayakan. Insting bisa tumpul, dan jadi lembam. Harus mulai melakukan hal-hal lain, mungkin memiliki resolusi ada baiknya juga. Yang jelas, prioritasku untuk beberapa waktu ke depan adalah mencari beasiswa. Setidaknya aku mengatakan ini berulang kali untuk meyakinkan diriku sendiri. Aku sendiri menjalaninya dengan santai, selama batas-batas minimal sudah terpenuhi. Toh, dalam menjalankan hidup tak perlu ada sesuatu yang kaku, kalau dalam bahasa matematika, epsilonnya ngga usah terlalu kecil, sehingga walau blentang-blentung masih bisa konvergen. Huahaha...
Wednesday, December 19, 2007
Senja (2)
“Kenapa kau masih membelanya?”
“Karena aku tak punya alasan untuk melakukan sebaliknya.”
“Meski apa yang diperbuatnya salah?”
”Salahkah ia ketika hendak mengejar legenda pribadinya?”
”Tapi hal itu merugikan ...”
”Benarkah, bukan karena hatimu yang kecewa?”
”...”
”Kecewa tak mengenal logika, sama halnya seperti cinta. Imaji yang kau bangun atas dirinya, pada akhirnya hanya akan berbalik padamu.”
”Artinya kau tak punya harapan padanya? Itu bahkan lebih parah daripada kecewa.”
”Entahlah, aku hanya merasa ketika seseorang melakukan sesuatu yang merupakan hasrat dirinya, maka ia akan menemukan kesejatiannya.”
”Karena itu kau masih sebal dengan apa yang kau kerjakan?”
”Salah satunya. Aku memang bisa mencari dimensi-dimensi yang menjadi inginku, tapi hasratku tak disana. Setumpukan data, analisa atau apalah, tapi tetap saja semuanya berasal dari sesuatu yang bukan aku.”
”Karena itu kau menuntut lebih?”
”Ya, karena pada akhirnya aku membutuhkan motivasi dari luar.”
”Kemana logikamu yang biasa?”
”Logika hanya membungkus rasa, karena semuanya merujuk pada asumsi dasar.”
”Aku lupa, semua orang kau kacaukan dengan logikamu yang tak biasa itu.”
”Haha, kau baru tahu sebagian kecilnya saja.”
”Jadi nanti kau akan kembali pada tema itu?”
”Kalau aku memutuskan untuk melanjutkan, tampaknya ya.”
”Meski tak ada aspek pembangunan?”
”Kau terlalu mempersempit pemahamanmu atas ruang itu, lagipula bukan wujud yang menentukan sesuatu itu baik atau tidak, tapi apa yang ada di dalamnya.”
”Aku mulai mengerti alasanmu membelanya.”
”Aku memang bisa mencari celah dari dirinya yang bisa dikritisi, tapi aku memilih tak melihat dari sisi itu. Karena itu aku sangat parah dalam memberi kritik, aku memilih untuk melihat dari sisi humanisnya.”
”Seperti pemilihan jurnalisme damai atau perang?”
”Seperti itu. Ya.”
Wednesday, December 12, 2007
Senja
“Biarkan imajimu mengabadikannya saat senja.”
“Kenapa senja?”
“Karena saat itulah ia hadir dalam kesejatiannya.”
Kata-kata itu terus terngiang dalam benaknya. Kenapa sulit sekali menangkap senja orang tersebut? Perbincangan dengannya lebih mirip permainan catur yang menyenangkan karena permainan itu sendiri, bukan karena apa yang terjalin. Sebuah relasi yang tak pernah disukainya, karena ia hanya dapat meraba-raba, tanpa tahu benar apa yang dipijaknya. Terlalu banyak wajah yang ia hadapi hingga kesejatian hanya hinggap sejenak tanpa pernah benar-benar tampak. Ataukah ia memang menghadapi teka-teki? Layaknya kotak Pandora yang hanya akan mengeluarkan tragedi ketika disibak?
Ia benar-benar tak mengerti. Segala cara hanya melahirkan strategi, lagi-lagi. Seolah kehidupan orang itu memang untuk memanfaatkan atas nama ideologi. Oh, sudahlah, ia lelah dengan dongeng usang itu. Tak perlu bersembunyi pada sesuatu yang suci jika hanya ingin menarik seseorang dalam sebuah kepentingan. Apalagi jika dilekatkan pada sesuatu yang murni, ia benar-benar jengah. Memilih untuk frustasi atau binasa dalam zaman? Pilihan yang benar-benar suram. Alternatif lain mungkin menggunakan beribu topeng agar dapat berubah warna sesuai kebutuhan. Haruskah ia mengalah kalah dan berbalik arah?
Saat ini ia benar-benar tak menyukainya...
Friday, December 07, 2007
Diam
Ia mengangguk.
Sehelai kelopak bunga ungu mengiringi langkahnya pagi itu. Sudah lama ia tak melewati gerbang itu dengan berjalan kaki. Biasanya ia lebih memilih gerbang belakang, ataupun menggunakan kendaraan. Tapi kali ini ia memilih menapaki kembali jalan itu seperti dulu. Gedung-gedung sudah banyak berubah, bangunan kayu mahasiswa yang dulu berada di tengah kampus kini berganti menjadi bangunan putih yang megah. Dari cerita yang ia dengar, rancangan bangunan itu hendak menambahkan kesan futuristik di kampusnya tercinta, selain bentuk klasik beberapa gedung yang telah ada sebelumnya.
Ia tak pernah mengira akan meninggalkan bangunan-bangunan ini dalam waktu segera. Usahanya untuk bertahan terasa sia-sia. Mimpi-mimpinya yang sempat ia tanamkan dan perjuangkan terasa mentok ketika dihadapkan dengan seseorang yang dulu sempat dekat dengannya. Ruang yang terlalu sempit, atau siapa yang terhebat harus selalu ada?
Bisa saja ia mengungkapkan berbagai teori untuk menjelaskan kondisi yang ada. Tapi ia tak ingin energinya terbuang percuma. Apalagi emosi bukan sesuatu yang bisa dikonstruksi begitu saja. Apalagi jika berkaitan dengan pengakuan dan maskulinitas.
NB: ada yang negrasa ga ya? hehe, lagi mencoba mengkonstruksi sesuatu...
Wednesday, December 05, 2007
Dialog
Gw: Gw? Bukannya sifat melankolik lo yang bikin semuanya kaya gini. Lo kan yang mau semuanya berpusat ke diri lo, padahal semua orang punya masalahnya sendiri.
Aku: Tapi kan dulu bisa...
Gw: Stop comparing people, sampai kapan lo mau hidup dalam bayang-bayang...
Aku: Jangan so' bersih!
Gw: Wow, akhirnya keluar juga sisi hitam. Selamat!
Aku: Karena kamu...
Gw: Ayolah, sekarang bukan saatnya menyalahkan orang lain. Saatnya untuk berdiri dengan kaki sendiri, lagian kan udah ada beberapa orang yang nyemangatin.
Aku: Hei, kita bertukar peran.
Gw: Iya, bolehlah sekali-kali gw yang jadi sisi bijaknya, hehe
Sunday, December 02, 2007
Cinta Beda
Jarum pendek menunjuk angka 11, namun dia belum juga beranjak dari depan komputer. Matanya masih asyik memandangi layar monitor yang terhubung internet, membawa imaji melesat meninggalkan ruang yang ditempatinya, meninggalkan rembulan yang memancarkan cahaya temaram di luar sana, dan rentang waktu yang masih tetap belum bisa menjawab pertanyaan mengapa.
Segalanya terasa begitu sempurna. Tawa bersama ketika melihat kucing yang kakinya tersangkut dalam kotak makan, perbincangan serius ketika melihat pengemis dengan tangan buntung, atau menikmati hujan dalam hening. Tanpa perlu berkata, dia sudah tahu apa yang diinginkannya, begitu pula sebaliknya. Saat dia mulai tertelan dalam segala rutinitas yang membuat tawa berdua itu menjadi kian jarang, dia masih menemukan senyumnya, senyum yang dia temukan kali pertama mereka bertemu. Senyum tanda mengerti bukan?
Mulanya ia mengira semuanya akan indah. Binar matanya ketika menceritakan mengenai fenomena semesta dari kelahiran bintang hingga anak jalanan, akhirnya berbuah binar mata yang memutuskannya untuk berpisah. Kecintaannya pada kehidupan tak jua memudar meski keadaan kini sudah banyak berubah. Pernah ia mencoba mengikuti semua yang disukainya, buku, manusia, semesta, diskusi, menenggelamkan diri dalam berbagai kegiatan agar ia memperoleh perhatiannya kembali. Tapi dia malah kian melesat pesat. Apa yang salah?
Perubahannya membuat dia gundah. Akankah dia tetap menjadi pusat hidupnya? Pertanyaan itu terus menghantuinya, pertanyaan yang membuat ia kian larut dalam buku dan ketikan di malam hari. Meski lelah, dan gelisah, aku takkan menyerah.
-yuti ariani(04/11/07)
Times New Roman
Ok, sedikit main logika:
Jika membeli makanan, maka Anda akan mendapat bon.
Jika Anda mendapat bon, maka uang dari kas negara bisa keluar.
Kalau kondisinya adalah:
Serahkan bon, maka Anda akan mendapat uang, secara logika seharusnya kegiatan makan itu sudah terlaksana, tapi nyatanya ngga, ditambah masalah tanggal-tanggalan. Aaaargh! Kehidupan yang aneh, apalgi aku ngga biasa main di domain teknis. Biasanya aku orang di belakang layar, jadi belajarnya benar-benar dobel. Waktu di math, urusan administratif yang bantuin pembimbingku, ampe aku pernah ditanya begini ama orang TU, "Kamu mau mengikuti aturan ITB atau pembimbing?" Tentu aja aku milih yang sederhana, bukan melanggar atau bandel, tapi yang simple aja.
Kenapa sih, sesuatu yang sederhana harus dibuat rumit, dan ini termasuk si Times New Roman ini nih. Masa udah nulis cape-cape, dengan sepenuh hati, tenaga, waktu dan pikiran, akhirnya harus hadir dengan tulisan Times New Roman. Gila, bikin sakit mata aja. Padahal di math, aku nulis ngga pakai standar itu. Jadi kalau ada yang bilang seorang matematikawan kaku, itu mitos banget. Yang jelas dari segi penulisan karya ilmiah, di math jauh lebih fleksibel. Kata dosenku yang sekarang, ganti aja, toh tulisan bukan sesuatu yang esensial. Well, coba aja ngomong kaya gitu ke anak DKV, pasti jawabannya ngga banget, atau kalau bikin program dengan struktur semua rata kiri. Aku pernah diketawain ama teman, karena struktur penulisan programku ancur banget, jadi susah dimengerti, meski sama-sama jalan. Intinya mah, penampilan itu ngga bisa dipisahkan dengan isi, dan font TNR masih bikin mood-ku ngilang.
Komprominya sih, aku nulis pakai font lain, trus di bagian akhir tinggal di ganti. Masalahnya, gambar-gambarku jadi belepotan, karena ada pemenggalan halaman yang ngga pas. Belum lagi aku jadi bete karena jadi jelek.
Target besok tesis beres nih, pengen tahu komen pengujiku soalnya...
Monday, November 26, 2007
Quotes
Too much project will kill you
Jadi ngga humanis, mikir ngga jernih, iterasi di kepala ngga berhenti-berhenti, ngga mood makan. Dapat banyak pelajaran sih pasti, tapi apa harus dengan cara ini?
Tuesday, November 20, 2007
Manja & Tantangan
NB: parah nih, masih perlu juga dikirimin flier segala, ngga usaha sendiri. Tapi sempat mau nanya juga ke beliau, huahaha... wondering why he can read my mind...
Monday, November 19, 2007
Cilegon
Saturday, November 17, 2007
Ketika harus Memilih
Janggal
Entah kenapa akhirnya cerita itu keluar juga. Mungkin karena masih ada yang mengganjal, hingga aku memerlukan pembenaran, atau karena akhirnya aku merasa tertekan oleh segala macam harapan serta perbuatan yang bukan aku. Imaji yang dipaksakan, bayangan atas apa yang seharusnya aku lakukan. Kenapa tak bertanya? Kenapa mengira sesuatu itu baik, padahal sudah kubilang tidak? Kenapa imaji seseorang harus menyakiti orang lain?
Padahal ada begitu banyak ruang...
NB: akalku masih bekerja dengan baik, kalau ngga, mungkin kemarin aku udah nangis.
Thursday, November 15, 2007
Fokus
Wednesday, November 14, 2007
Tentang Aku
Akhirnya jadi juga menyelesaikan PR dari Yustika. Tujuh hal tentang aku…
1. Moody
Biasanya positive thingking, tapi kalau bad moodnya lagi kumat, segala sesuatu menjadi tidak beres. Kalau yang udah apal dengan tanda-tanda bad mood-ku biasanya jadi langsung baik, haha.
2. Soliter
Menyukai kesendirian pada level tertentu, tapi kalau kelamaan jadi bosan juga. Mungkin karena senang berkhayal, jadi waktu untuk merenung merupakan hal mutlak, sekadar untuk mengendapkan apa yang ada di pikiran. Sifat ini juga yang menyebabkan otakku rada-rada hang kalau harus menuangkan gagasan di tempat publik.
3. Simetri
Percaya bahwa segala sesuatu yang aku lakukan akan kembali ke aku, karena itu senantiasa mencoba memperlakukan orang lain sebagaimana aku ingin diperlakukan. Dari beragam pengalaman, dengan orang baru sekalipun, prinsip simetri ini sering terjadi. Merupakan penurunan dari ”Tuhan adalah sebagaimana persangkaan hamba-Nya.”
4. Mencintai pola
Meski tidak seakut Erdos yang memanggil anak kecil dengan epsilon, pada level tertentu, aku memandang kehidupan sebagai sesuatu yang bisa dijelaskan. Meski demikian tetap saja teori-teori favoritku berasal dari chaos, dan teori kekacauan.
5. Bekel
Tiap kali ada yang memaksa aku melakukan sesuatu, pasti hasilnya berkebalikan. Serupa dengan bola bekel yang pantulannya dipengaruhi oleh kekuatan gaya awal, kian besar tekanannya, kian jauh pantulannya.
6. Suka hal baru
Istilah keren dari gampang bosen dan ngga fokus, karena itu sebagai sparing diskusi biasanya aku nyari orang yang fokus, atau pekerjaan yang memungkinkan aku bertemu dengan berbagai macam orang/fenomena. Patokan yang biasa aku turuti adalah deadline.
7. Memiliki Rasa Ingin Tahu Tinggi
Ada yang bilang, rasa ingin tahu merupakan salah satu syarat menjadi peneliti, tapi ada juga yang bilang rasa ingin tahu itulah yang menyebabkan tayangan gosip laku keras. Tentu saja, aku memilih pandangan pertama, hehe.
Maaf, Sama!
Sunday, November 04, 2007
Wednesday, October 31, 2007
Nietzsche
Perlahan ia membuka lembar demi lembar buku tebal itu. Wangi buku dengan halaman paperback langsung menyapa hidungnya. Warna kertas yang tak terlampau putih menyapa dengan begitu pas. Tapi isinya tak pernah mudah, mempertanyakan segala sesuatu, mulai dari Tuhan hingga pengetahuan. Ia ingin sang pemberi buku ada disampingnya, berbagi tentang apa yang tertera. Bahkan kehdairannya akan lebih cukup dari kedua buku yang dibungkus rapih itu. Buku tentang kegelisahan yang tak pernah usang, tentang tamak yang senantiasa jamak, dan tentangnya yang tak henti bersinar.
Terimakasih...
Tuesday, October 30, 2007
Tua
Mungkin karena sudah menua pula, tulisanku kini mulai melunak, tak lagi menyalak, galak. Dulu, ada yang menyebutku Bolshevijk muda, hingga ketika membaca tulisanku periode itu, aku nyaris tak mengenalinya lagi, selain nama yang tertera. Namun momen menulis memang proses yang ajaib. Seorang temanku yang lain berujar, diriku dan tulisan seperti melihat dua kepribadian berbeda. Terang/gelap? Entahlah, mungkin karena itu Soedjatmoko mengatakan menulis sebagai proses menyakitkan.
Aku sendiri memandangnya sebagai proses refleksi diri. Mengendapkan segala yang kubaca dari lingkungan sekelilingku. Mencari makna, menggali, merenung, mencoba lebih kuat, belajar banyak dari kisah orang hebat, dan kegilaan-kegilaan aksi mereka hingga tertera dalam sejarah. Acara televisi dari gosip, berita, bencana, hingga movie, buku dari teori hingga fiksi.
Apa yang kucari? Aku tak tahu. Begitu pula kegiatanku belakangan ini yang membentuk deret kesibukan tak hingga. Mencoba mengembangkan dimensi waktuku sendiri agar semua tanggung jawab dapat terlaksana. Mungkin harus sedikit mengambil jeda ketika ada satu kerjaan yang teraniaya, ketika tak lagi dilakukan dengan penuh cinta, dan merugikan orang lain.
Beberapa mimpi yang tak jua lekang, meski dalam lapisan terendah ia masih bisa memilih wujudnya. Seperti halnya semesta raya yang memiliki berbagai lapisan penafsiran, begitu pula mimpi-mimpiku. Aku masih sibuk menjadi, proses pencarian diri yang tak henti.
Friday, October 26, 2007
Macet
Wednesday, October 24, 2007
Bahasa
Penggunaan bahasa dan kebiasaan kemudian menjadi hal yang cukup krusial. Meski niat mungkin sama, namun karena penggunaan bahasa yang berbeda, penafsiran serta kesan sangat mungkin akan berbeda juga. Seperti bagaimana mengartikan bahwa seseorang santun, baik, atau perhatian? Dalam bahasa yang berbeda, perhatian bisa diartikan mengekang, mengikat, bisa pula diartikan sebagai memiliki perasaan khusus, atau bisa juga sekadar perbuatan etis manusiawi. Begitupula dengan membiarkan. Bisa ditafsirkan dengan percaya, tidak perhatian, ataupun tidak peduli. Masing-masing memiliki degradasi positif yang dipengaruhi latar belakang kedua belah pihak.
Sama halnya dengan cinta…
Seperti kata Shakespeare, “The one you love, is the one you hate.” Ketika seseorang jatuh cinta, muncul ekspektasi pada zat diluar pribadi yang muncul dari bayangan kita mengenai orang/zat tersebut. Muncul tuntutan-tuntutan dari gambaran ideal yang bisa jadi sama sekali keliru, dan pada akhirnya hanya akan menyakitkan kedua belah pihak. Sang pecinta, sakit karena ekspektasinya tak sampai, dan orang yang dicinta, sakit karena dipaksa untuk memenuhi gambaran tertentu. Keduanya bisa sama-sama berbicara tentang cinta, bahwa semua ini dilakukan demi dia yang dicinta, tapi bukankah itu hanya ilusi cermin? Ilusi rapuh yang bisa buyar seketika ketika satu belah pihak tak kuasa menahan segala gambaran. Lelah dengan kepura-puraan yang ia lakukan juga atas nama cinta, agar ia yang dicinta bahagia.
NB: penggunaan bahasa disini seperti teks dalam kajian budaya.
Baru nyadar, kalau aku sering banget menyebut-nyebut Mbah Goo di blog ini, hehe
Monday, October 22, 2007
Back to Bandung...
Tadi requestku udah di approve ama pak BTB, makasih pak.. jadi dapat harta karun data, dan di milis itu ketemu juga ama salah seorang narasumber yang pernah aku wawancara. Beliau salah seorang narasumber favorit, karena ngobrolnya enak. Ada narasumber yang diwawancara kaya orang mau perang, jadi bawaannya defensif, ada yang biasa, yang paling enak ya kalau terbuka dan suasananya nyantai.
Masih harus ke lapangan sekali lagi untuk wawancara pengguna biogas, abis itu mulai direkat-rekatin dalam narasi. Kata dosenku sih, beliau menyelesaikan dalam satu bulan... waktunya bisa ditawar ngga ya?
Thursday, October 18, 2007
Buku & Dompet
Padahal niatnya cuma lihat-lihat aja
NB: thanks to speedy:) (ga nyambung ama posting di atas)
Cinta
melihat dia bahagia dengannya akan turut membuatmu bahagia
Tuesday, October 09, 2007
A Day Older And ....
Hehe, dapat web menarik dari dosen math-ku milik John Baez dan waktu pertama kali membuka web tersebut, ada dosen fisika yang melihat hingga dilanjutkan dengan ikut milis Hyper Number. Well, jadilah aku makin belang bentong ngga karuan. Kebetulan lebih lanjut adalah karena Baez menyinggung masalah bioenergi yang terkait dengan tesisku. Lucu aja bagaimana kebetulan bermain-main disekitarku, bosan dengan ilmu sosial, kembali melihat-lihat web matematikawan, dan ngga taunya kembali ke tesis. Kesimpulannya...
NB: terima kasih buat yang kemarin udah nge-sms:)
Friday, October 05, 2007
Maaf
kata
yang mungkin menggoreskan luka
hati
yang tak selalu suci
praduga
yang muncul tanpa dinyana
janji
yang tak tertepati
Wednesday, October 03, 2007
A, B & C
Penganut teori A
Komen terhadap teori B: teori B tidak bisa dikuantifikasi.
Dosen B
Penganut teori B
Komen terhadap teori A: mekanistik
Komen terhadap teori C: banyak asumsi-asumsi yang diambil sewenang-wenang
Dosen C
Penganut teori C
Komen terhadap teori A: untuk hal-hal yang dapat dikuantifikasi
Komen terhadap teori B: terlalu struktural
Yuti: mirip triple felix yang dimasukan dalam satu karung. Akur-akur aja ya...
Friday, September 28, 2007
Math ke SP
NB: dalam kacamata Yuti semua orang jadi lucu
Thursday, September 27, 2007
Kemana ya?
Awalnya mau melihat kebijakan mengenai pengembangan bioenergi, eh, kian ke belakang malah nyangkut ke masalah triple felix. Yup, 3 kucing yang berantem dalam satu karung. Secara konsep itu jadi semacam obat mujarab untuk memecahkan segala persoalan yang ada. Otomatis jadi kehilangan makna. Sama juga seperti jarak yang dianggap seperti tanaman mujarab untuk mengatasi kelaparan, kemiskinan dan pengangguran. Tapi kalau baca buku Ong Hok Ham, Thee, dan beberapa buku sosial politik tentang Indonesia lainnya, kayanya masyarakat Indonesia memang suka dengan yang ajaib-ajaib dan labeling. Salah satu buku yang beken membahas masalah ini adalah Manusia Indonesia-nya Mochtar Lubis.
O iya, tadi abis ditelpon ama rektorat, janjian interview pak Rektor...
Tuesday, September 25, 2007
Peneliti Jilid 2
O iya, aku mau cerita tentang orang yang terakhir kuwawancara. Ternyata beliau juga anak seorang peneliti. Jadi selain jenis rambut, warna kulit, dan berbagai ciri genetis lainnya, ada hal-hal sosial yang juga diturunkan. Hal ini bisa dijelaskan menggunakan konsep sosial sih, bukan sesuatu yang baru, tapi menarik juga melihat tipikel-tipikel orang.
Hah... dasar orang matematika, senangnya melihat pola. Pernah juga suatu kali, aku lagi bareng dosen math-ku pas ada workshop. Nah, kami mengamati pola pemeriksaan di hotel-hotel. Dari beberapa kali penghentian, ternyata orang yang dikenal tidak diperiksa oleh detektor. Padahal dari penelitian, mayoritas kejahatan dilakukan oleh kerabat. Dengan becanda, aku langsung bilang ke dosenku, "Wah, pak, kalau bawa bom dititip ke mobil orang yang dikenal itu aja ya" sambil nyengir yang langsung disambut dengan tawa. Huehehe... harusnya penjaga itu belajar dari statistik.
Monday, September 24, 2007
Tuesday, September 18, 2007
Monday, September 17, 2007
Tesis
Pertanyaan standar lagi: macet dimana? Mungkin karena aku ngga mood, dan .... well, aku ngga mau menyalahkan siapa-siapa, cuma kadang jalan sendiri bisa bikin moodku ancur banget. Bawaannya bete, dan jadi males ketemu, mana ekspresiku gampang banget kebaca.
Sebagai intermezo aku menemukan pola baru dari para narasumberku yang suka membalas sms dengan menyebut namaku dulu: Yuti. Ada beberapa yang gaya membalas sms-nya kaya gitu, ada juga yang ngucapin selamat pagi segala, seneng aja sih, tanpa alasan yang jelas. Mungkin gara-gara jadi keinget pembimbing S1-ku...
Friday, September 14, 2007
Puasa
O iya ngomong-ngomong tentang studi sains dan teknologi, aku jadi ingat rapat kemarin. Terjadi perbincangan serius mengenai subjektivitas dan metode ilmiah. Well, aku jadi teringat ketika belajar tentang sains dan agama dulu, banyak banget pertentangannya. Mulai dari fisika modern, kompleksitas, chaos, order, dkk. Trus kemarin aku juga udah menyerahkan tulisanku tentang kualkulasi, modulasi dan perebutan kekuasaannya Bourdieu sambil nyelipin pemikirannya Capra. Kata pembimbingku aku boleh make Capra buat tesis. Sipirili, akhirnya tesisnya jadi lumayan personal juga. Kemarin-kemarin udah sempet bosen dengan energi, dan ANT yang menurutku rada anti-humanis. Tinggal membuat Capra 'ilmiah' aja, soalnya di kalangan scientist, Capra malah dapet julukan kelompok New-Age. Huahaha, ngga jauh-jauh deh dari fisika. Kalau kemarin, masih seneng menggunakan Watts, sekarang Capra.
Trus dapet ide juga nulis tentang matematika dan komunitas ilmiah, atau antara seni dengan objektivitas. Huaaa.... berasa deja vu.
Tuesday, September 11, 2007
Petapa
Saturday, September 08, 2007
Cinta
Cinta berarti melepaskan, jika itu berarti membahagiakan
Meski telah tiada
Atau hanya tinggal bayangan
NB: penghormatan untuk Severus Snape
Monday, September 03, 2007
Lama
Ah, ada apalagi ini? Kegiatan film kemarin membuatku kembali terpesona pada budaya. Ranah yang sudah lama tak kujamah, dan seolah menjadi asing. Ternyata aku tak lupa, dan tak bisa lupa. Apalagi sudah lama aku tak bimbingan, hingga pengaruh budaya kian mengental.
Aku jadi kembali membaca habitus. Kemarin sempat sedikit ngobrol tentang konsep ideologi Althusser. Wah, aku jadi teringat masa-masa itu, seperti menurut GM, "kiri itu seksi." Sudah lama sekali, 8 tahun lalu...
Serius
Ia tahu ia telah dimengerti…
Ia berharap ia telah dimengerti...
Ia menggantungkan harapan pada kata yang terucap begitu saja, tanpa peduli apakah kali ini semuanya akan berbeda atau tetap sama...
Aku lupa kapan terakhir kali aku bertemu tatapan seperti itu. Antara harap, peduli, apatis, dan sinis. Keputusan yang diutarakannya pada suatu senja yang tak biasa. Saat aku tengah mencari narasumber untuk wawancara yang sama sekali tak terencana. Tapi dunia ini memang tak selalu berjalan dengan cara terduga, kejutan-kejutan senantiasa hadir penuh warna, entah suram atau ceria.
Aku tak tahu apakah aku mengerti
Aku berharap aku bisa mengerti
Aku hanya mengerti langkah ini bukan yang terakhir
Monday, August 27, 2007
Bukan Spam
Tempat : Aula Timur ITB
Waktu : 08.30-16.00
Pembicara : Bambang Sugiharto, Chand Parwez, Nirwan Arsuka, Seno Gumira, Yasraf Amir Piliang(moderator), Ariani Darmawan, Joko Anwar, Slamet Rahardjo, Bakri, Indra BS(moderator).
Acara terbuka untuk umum, dan gratis.
Friday, August 24, 2007
Deadlock
Lagi macet nih. Sebelum riset lapangan, aku udah bikin gambaran keseluruhan, yang aku partisi jadi pertanyaan-pertanyaan empirik untuk narasumber. Sekarang partisi-partisi itu sudah lumayan terisi, dan gambaran dari hasil wawancara udah lumayan kebayang, tapi aku jadi sedikit kehilangan arah. Pertama, karena hipotesis awalku ngga meleset awal dengan hasil wawancara(yang merepresentasikan kondisi riil), dan yang kedua adalah karena aku ngga tau lagi mau diapain. Model? Well, tinggal baca beberapa buku, referensi kemudian lakukan hibridisasi, jadi deh. Tapi kalau gitu doang, apa gunanya, cuma nyumbang model yang nantinya akan berdebu di perpustakaan. Bener-bener bayangan yang suram.
Jejaring Aktor: Kasus Acara Film
Fyuuhh H-4, dan ketegangan pun meningkat. Di sisi lain, sudah ada beberapa pihak yang memberikan kepastian dana, memasukan makalah, dan kemajuan-kemajuan teknis di hari H, jadi meski sedikit tegang, sibuk muter-muter
Well, sebagaimana fenomena sosial lainnya, analisa menjadi menarik saat terjadi krisis. Krisis ini terjadi ketika salah seorang narasumber menyatakan tidak bisa hadir. Persiapan pemasangan spanduk, penyebaran undangan, dan yang terutama menyiapkan pembicara pengganti yang kurang lebih dapat menyampaikan materi dengan tema serupa menjadi urgen. Dari sana mulailah penelusuran relasi-relasi yang dapat memberikan no kontak yang diinginkan. Target pertama memiliki derajat keterpisahan dua, itupula dihubungkan dengan orang yang baru minggu lalu aku kenal. Sedangkan target lainnya memiliki derajat keterpisahan 3. Yang pertama Rini, yang kedua mba Maria(super helpfull dan very sweet), dan baru yang terakhir baru targetku, salah seorang wartawan senior Kompas. Kedua target memberi tanggapan positif atas acara ini, meski karena pemberitahuan yang mendesak, salah seorang sudah menyatakan tidak bisa hadir, dan yang satu lagi BERSEDIA, hipiii.
Kuat lemahnya relasi juga bisa dilihat dari besarnya kepentingan, dan perantara yang ada. Dalam acara ini, perantara yang terlibat adalah dana, dan makalah. Dana dan makalah menyatakan kepentingan pemberi sponsor/pembicara dalam mendukung acara ini. Kesimpulannya, yang paling cepat mengumpulkan makalah adalah yang memiliki kepentingan paling besar dalam acara ini, huahaha. Ngga ding, masalah pemenuhan tenggat bisa juga dilihat dari jejaring yang melingkupinya.
Ketika salah seorang narasumber memiliki akses ke SDM, maka ia bisa mendelegasikan kepentingannya pada aktor lain, sedangkan ada juga aktor yang membuat makalahnya sendiri, dan memiliki antrian makalah-makalah lain. Kalau menggunakan sistem dinamik, relasi ini bisa digambarkan dengan tanda positif-negatif. Akses ke SDM dilambangkan dengan tanda negatif, sedangkan relasi dengan aktor-aktor lain yang juga meminta makalah sebagai tanda positif.
Wednesday, August 22, 2007
Kopi
Entah sejak kapan hal itu menjadi bagian dari kesehariannya. Dulu, semuanya masih terkendali. Tak pernah ada kata terlalu, atau kehilangan. Hanya selingan yang cukup menyenangkan, itu saja. Ia lupa selingan bisa berubah menjadi biasa lalu mewujud jadi istimewa. Ah, semuanya hanya membuat hidup kian rumit, seakan tanpa istimewa itu hidup belum cukup rumit.
Pilihan-pilihan menunggu untuk diputuskan, meski nanti masih menjadi teman akrabnya. Teman yang kadang harus diabaikan ketika berbagai urusan mendesak menuntut untuk diselesaikan. Bila itu terjadi, ia hanya menyerahkan hatinya pada keabadian sang waktu dan berharap semuanya mengukirkan kisah yang menyenangkan. Ia belum mau menyerah menghadapi dunia yang kadang menyebalkan, dan menunggu untuk diabaikan. Ia masih punya sejuta mimpi, yang tidak mau diakhiri.
Kadang... ia ingin kembali pada selimut merahnya. Meringkuk dari dunia, dan mengatakan ia mau kembali saja pada imaji. Seperti dunia fantasi yang ia temukan dalam buku-buku yang menghiasi raknya. Tapi tak urung, ia imbangi juga fantasi dengan pahit. Dalam kisah-kisah Bumi Manusia, Rumah Kaca ataupun Gadis Pantai. Buku dengan rasa kopi. Pahit. Tapi tak membuatnya urung untuk membacanya hinga tamat, meski dengan beberapa jeda untuk bernafas.
Pahit dan istimewa. Ia baru tahu bahwa paduan itu mungkin.
Tuesday, August 21, 2007
Catur
Kadang…
Untuk mendapatkan kata ya seperti bermain catur
Mencari celah dengan peluang terbesar
Itupun tak dapat menjamin pasti
Peluang lompatan sang kuda
Perdana menteri dengan langkah lebar
Atau langkah perlahan pion
yang kadang harus mati
Demi menangkap benteng, miring atau petinggi lainnya
Mungkin itulah nasionalisme?
Kecil harus mengalah demi kejayaan Republik putih/hitam
Sunday, August 12, 2007
Sebab-Akibat
Sebuah sms mengejutkannya siang itu. Kejutan yang membuatnya tak dapat membalas seketika. Antara ingin tertawa dan sedih. Separah itukah tingkat ketidakpercayaannya? Kesadaran itu saja sudah membuatnya cukup terpukul. Apalagi bukan kali ini saja ia memperoleh pertanyaan serupa. Tak ada asap kalau tak ada api bukan? Tapi dimana api timbul, siapa yang membakarnya?
Setelah berhasil menenangkan diri, dan menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata menyakitkan, ia bertanya kenapa? Ia ingin semuanya terbuka. Penjelasan yang dapat sedikit mendinginkan hatinya yang terbakar oleh perasaan tak dipercaya. Sebegitu parahkah perbedaan bahasa yang mereka gunakan, hingga tak ada pengertian. Tak ada jawaban.
Tadinya ia ingin bertanya kepada seseorang lagi. Nama yang sering muncul dalam pertanyaan. Tapi ia tak ingin semuanya mengeruh. Apalagi kalau muncul omongan yang dapat menjelekkan. Ia masih mempertahankan apa yang tersisa, entah untuk dia, entah untuk dirinya sendiri. Ia makin gamang.
NB: Payah, berasa nonton sinetron.
Thursday, August 09, 2007
Ketika Chaos Merindukan Order (2)
“Karena itu kau ingin buru-buru?” Pertanyaan itu membuatnya tertegun. Berbagai kilasan kejadian seolah-olah menuntut untuk dibanding, meski cara itu sudah lama tak digunakannya. Tiap orang unik. Begitulah yang diyakininya selama ini, dan haruskah pertanyaan itu mengubahnya sekarang?
Perbandingan. Kuantifikasi, angka-angka. Tapi manusia dengan manusia, mungkinkah ada parameternya? Rujukan yang akan disepakati tiap orang yang membaca? Ia masih meragukan hal itu. Keraguan yang menyebabkan pikirannya membuat putaran-putaran umpan balik tak henti. Tak harusnya ia membandingkan, pun meski ia membenci keadaan setengah mati. Akal sehat yang selama ini biasa ia gunakan ketika menghadapi suasana tak terduga, seolah berhenti, rusak. Rangkaian ketidakpastian yang terakumulasi telah membuat sistemnya tak berfungsi, menyisakan aura negatif tiap kali ada ketidakpastian baru.
Bahkan jiwa yang telah tertukar dengan pemujaan terhadap rasa ingin tahu tak dapat lagi membantu. Saat ini ia hanya ingin semua disudahi. Segera. Karena ia lelah menghadapi janji-janji tanpa ada kepastian, kata-kata penuh kepentingan, dan tarik menarik yang membuat lelah. Ia rindu pada tulus yang membuatnya mampu melakukan apa saja, bahkan sekelas buku-buku teks tingkat lanjut hanya untuk menunjukan bahwa ia telah berusaha dan bisa cukup membuat bangga.
Baginya teori hanya permainan. Tak lebih atau kurang. Permainan yang harus mengikuti aturan-aturan tertentu, agar tak terjadi kekacauan. Sinar mata penuh kehangatan, pemahaman tanpa kata jauh lebih penting, daripada berbagai teori yang dapat membuat seorang terangguk-angguk bahkan tanpa mengerti apa yang dibicarakan hanya agar disebut canggih.
Ia merindukan itu semua...
Monday, August 06, 2007
Back to The Office
Friday, August 03, 2007
Tjap Gadjah
Waktu awal mengerjakan tugas akhir, aku sempet didiemin ampe 15menit gara-gara lupa konsep kalkulus. Dan kalau udah berhadapan dengan hal-hal prinsipil gitu, pembimbingku lumayan tegas. Jadi sambil mikir, panik, dan serem juga karena pembimbingku sama sekali ngga ngomong. Kayanya aku mending dimarahin deh, daripada didiemin, abis kalau udah diem kan jadi bingung, tapi lebih mending lagi, dibaikin aja, hehe.
Nanti siang ada wawancara lagi ama orang industri. Meski tadi pagi udah wawancara, tetep aja serem kalau menghadapi orang baru. Seremnya di awal aja, kalau udah mulai biasanya otakku jadi rada baik untuk berimprovisasi.
O iya tadi lucu, setelah wawancara yang juga lucu, orang yang aku wawancarai nelpon nanyain aku tau nomor beliau dari mana. Well, ada yang bilang "A secret makes a woman, woman." Menurutku kata-kata itu ada benernya juga :)
Wednesday, August 01, 2007
Jakarta
Matahari yang belum lagi tampak
Mobil yang berlari menyusuri jalan
Menuju Jakarta
Jakarta, here I come..
Tuesday, July 31, 2007
LAPI TPSDP
Hari pertama...
Menunggu dosenku di ruang tunggu LAPI bagian depan. Belum tahu kerjaanku akan seperti apa. Awal mulanya karena ngga ada kegiatan, dosenku lalu menawari ikutan proyek LAPI TPSDP. Aku yang ngga ngerti apa-apa, langsung iya aja, sama ketika beliau menawariku jadi asisten kuliah.
Hari kedua...
Abis selesai mengawas ujian. Dosenku ada urusan di jurusan, jadi ngga ikut ke LAPI. Masih bingung dengan suasana proyek yang lebih mirip orang kantoran.
31 Juli 2007
Hari terakhir...
Tadi makan kue Tiramisu, selain itu suasana kerja terasa biasa aja. Dari kemarin udah ngerapih-rapihin file, trus bu Ani bilang acara perpisahannya Senin depan.
Kayanya bakal kangen juga...
Tapi sekarang semuanya masih terasa biasa...
Monday, July 30, 2007
Hening
Brutal
Sebenarnya ada rumus-rumus di analisis yang sama persis dengan statistik. Aku menemukan kesamaan itu ketika belajar tentang entropi, dan di beberapa lemma yang aku gunakan untuk membuktikan teorema. Tapi meski penurunannya sama banget, penafsirannya(pemetaan antara persamaan dengan keadaan yang dijelaskan) berbeda. Nah, penafsiran inilah yang membuatku merasa statistik kasar. Kalau di analisis, matematika adalah untuk matematika, maka di statistik, aku merasa matematika ditempel dengan dunia sosial yang aku ngga ngerti asal muasalnya. Akibatnya logika di kepalaku ngga jalan(asumsi: dikepalaku ada sistem logika tertentu, huehehe).
NB: peace untuk temen-temenku di statistik. Yuti-nya aja yang rada lemot kalau menghadapi statistik:)
Friday, July 27, 2007
Surprise
Internet Regime and IT Innovation Patterns in Indonesia: A View from The Actor-Network-Theory Perspective
Program of Internet Researchers Conference (Maastricht/NLl)
Should I surprise?
Diskrit
Dan sekarang harus mulai mikir juga, aku mau kerja atau melanjutkan sekolah lagi ya? Kalau mau sekolah lagi, artinya harus mulai nyari beasiswa, dan meningkatkan berbagai ketrampilan, mulai dari membuat model, bahasa, wacana, serta teknik-teknik analisis. Kalau kerja..., mmph, aku belum bisa membayangkan diriku dalam sebuah ruang dengan setumpuk rutinitas. Sampai sekarang aku merasa, itu bukan aku banget. Kalaupun kantoran, maunya yang banyak jalan-jalan ke lapangan. Dosen?? Mmmphh... ngga tau deh.
Sekarang jalanin aja dulu apa yang ada di depan mata. Ngga memilih aja, udah jalan terus koq, huehehe, abis ngga bilang iya aja, kayanya aku udah terlibat banyak hal tanpa aku sadari.
NB: musik aku ganti dengan etalase buku. Belum banyak sih isinya...
Wednesday, July 25, 2007
Ariani
Tuesday, July 24, 2007
Kata Siapa....
Bukannya terang, badai bimbang malah menghadang
Kata siapa menulis dapat menjadi pelampiasan
Bukannya lega, runtutan data kian tertoreh nyata
NB: Yuti di pagi yang melow
Monday, July 23, 2007
Wisuda
Jika wisuda adalah salah satu ambang kedewasaan, maka tampaknya aku memang belum siap. Dan karena itu aku ingin mencoba wisuda lagi...
Adakah perubahan?
Friday, July 20, 2007
Menua
Thursday, July 19, 2007
Wednesday, July 18, 2007
Komedi Putar
NB: parameter beban kerjaan bisa dilihat dari banyaknya posting Yuti per hari:D
Seru!!!
Btw, kenapa blog ini jadi penuh ama tesis ya? Gara-gara tadi pagi asyik ngotak-ngatik konsep tesis, aku belum mentranskrip pengamatanku di Forum Rektor. Padahal rencananya kemarin malam mau aku beresin. Hmmm... harus segera aku salin nih, keburu makin males...
Tuesday, July 17, 2007
Dia
Akankah waktu berbalik
Menghilangkan jejak dalam benak
yang terlanjur mengerak?
Cybernetics
Monday, July 16, 2007
Wajah
Dan tetap aja kena demam panggung. Paling enak kalau wawancara barengan, jadi bisa saling melengkapi. Nah ini, udah sendiri, belum tau latar belakangnya secara bener lagi. Jadi kan cupu kuadrat, tapi karena cupu itu jadi dapet kenalan yang baik-baik:)
Friday, July 13, 2007
Friday the 13th
Banyak juga 'aha' yang aku peroleh. Ternyata dari hasil penelitian jarak masih banyak masalah yang dikotakhitamkan. Bahkan prospek jarak yang utama sebenarnya bukan pada energi. Gimana-gimananya masih banyak off the record(secara aku ngga menggunakan perekam), soalnya tujuanku ke lab tadi pagi baru studi awal untuk melihat peta permasalahan. Omong-omong tentang peta, ternyata ilmu perbio-anku masih minim banget. Pas diterangin tebakanku salah terus, mulai dari masalah fosfat, titik beku, kincir air, mesin pengepres, kompor tekan, gumming, pemurnian, titrasi, bener-bener masih harus belajar banyak. Tapi untuk sub-bab From weaker to stronger rhetoric, udah ada banyak bagian yang bisa kuisi.
Masalah tulis menulis juga udah aku mulai, tadi malem dapet 5 halaman(dan sejak kapan aku peduli dengan kuantitatif). Aku mulai dengan beberapa fenomena dan sederet pertanyaan. Aku senang memulai tulisan dengan pertanyaan, karena sampai aku mengetikan pertanyaan itu, aku juga belum tau jawabannya, huahaha. Jadi sebagai penulis aku pun penasaran dengan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu.
Thursday, July 12, 2007
Follow the Document
Hipiii... Yuti goes to lab, berasa detektif gimana gitu... :)
Wednesday, July 11, 2007
What is In A Name?
NB: Lalala... jadi teringat beberapa orang:D
Thesis
Halah, Yut, malah ngomongin orang lagi.
Tuesday, July 10, 2007
XYZ
Y : Peta -> Data -> Klasifikasi.
Z : Pakai modulasi saja
Y : Modulasi -> Data -> Klasifikasi berdasarkan Up-Mid-Downstream.
Ketika Sudah Memilih
Ini tentang sang waktu...
Dengan napas menderu
Ini tentang ruang...
Yang merangkul kejadian
Dan ini tentang aku...
Dalam waktu dan ruang
Friday, July 06, 2007
Thursday, July 05, 2007
Pertanyaan Penelitian
Beberapa masalah: otakku udah mulai kena bias data-data yang kuperoleh timnas, pertanyaan penelitian masih sering bergeser, dan aku terlalu banyak ingin tahu. Kemarin aku sempat bingung mengenai skala yang akan digunakan, apakah aktor boleh mewakili sebuah komunitas, kalau boleh maka ada masalah pada dimensi yang digunakan. Apalagi ilmu jejaring tidak mengenal skala, yang dikenal adalah derajat keterkaitan. Nah, kalau dari literatur Latour yang aku tafsirkan, aktor boleh berupa himpunan selama fungsinya dalam sebuah sistem, spesifik. Dalam arti, ada skript tertentu yang dimasukan dalam aktor. Inkripsi ini memungkinkan manusia dan non-manusia bisa ditelaah dengan pendekatan yang sama.
Wednesday, July 04, 2007
Politik
Senin lalu aku udah mengambil data di timnas, untuk mengolahnya kata dosenku mulai aja dengan mencari struktur dari relasi-relasi yang ada kemudian dicari big discourse-nya. Karena pendekatanku ANT, penelusuran struktur ini aku mulai dengan memetakan aktor-aktor yang terlibat. Kemudian dikembangkan dengan melihat 'perantara' yang memperkuat relasi yang tersebut. Yang membuat aku masih sedikit bingung adalah perangkat yang akan aku gunakan antara Callon atau Latour. Secara 'mazhab' mereka sealiran, tapi terminologi yang digunakan sedikit berbeda. Seperti caraku memandang dokumen, apakah mau dipandang sebagai aktor atau perantara. Kalau sebagai aktor, pemaknaan terhadap relasi aku bangun menggunakan pre-skripsi, inskripsi, dkk, tapi kalau pakai term perantara, penjelasannya beda lagi.
Dari sisi teoritiknya aku udah lumayan kebayang, tapi implementasinya masih sedikit memusingkan. Pertama, karena aktor yang terlibat relatif banyak. Kedua, karena entry point-ku masih berubah terus. Awalnya, aku mau mulai dari perguruan tinggi aja, dan secara perlahan relasi-relasi itu ingin aku kembangkan hingga keluar, tapi karena kemarin dapat kesempatan untuk memperoleh data dari timnas, kesempatan itu aku ambil aja langsung. Untuk dapat feel pengembangan bioenergi, data-data tersebut sangat berguna(dipuji good job segala lagi, hehe:) ) tapi untuk analisanya masih butuh banyak diskusi. Jadi langkah penelitian selanjutnya adalah bikin peta, dan menelusuri kekuatan jejaring yang ada. Rencananya besok mau wawancara lagi dengan pihak perguruan tinggi, untuk melihat kekuatan ikatan antara perguruan tinggi dengan industri, apakah ada perantara atau ngga.
Tuesday, July 03, 2007
Matematikawan vs Sosiolog
Aku: Aku ngga tau. Hidup dalam dunia yang belepotan seperti ini kadang bikin frustasi, dan kalau sudah seperti itu rasanya ingin menyerah saja. Apalagi kalau ada salah satu pihak yang sudah saling menjatuhkan. Kalau mempermasalahkan metode, idealisme bagiku ngga apa-apa, tapi kalau udah menyinggung masalah personal, rasanya tidak etis aja.
Gw: Padahal kan lo udah nolak tawaran tesis yang menggunakan simulasi. Kenapa lo masih juga ingin kembali ke dunia angka, simbol, dan perhitungan?
Aku: Aku ngga tau, bener-bener ngga tau. Kalau akhirnya aku milih untuk menolak tawaran itu, karena aku merasa kalau mau bermain dengan simulasi lebih baik di math aja dimana aku tau pemetaan dari simbol-simbol yang aku gunakan, sedangkan dengan sistem dinamik, pemetaannya tidak terlalu rigid, bahkan kadang absurd.
Gw: Yee... lo tau sendiri dunia sosial emang sedikit lebih "lembut"?
Aku: Huahaha, dasar birokrat pakai kata lembut segala. Lalu apa yang membuat kamu mau di sosial?
Gw: Cuma karena ada ANT doang. Menurut gw, teori itu lumayan rapihlah, apalagi kalau dibandingkan dengan teori-teori sosial yang lain.
Aku: Teori yang membuat kamu mau berkompromi untuk masalah penelitian ya?
Gw: Yup, tau sendiri gw seneng banget main-main dengan teori, dan meski gw ngga kaya Erdos yang manggil anak kecil dengan epsilon, banyak kemiripan-kemiripan antara teori ini dengan konsep di math.
Aku: Iya, sampai kamu melambangkan aktor-aktor dengan bilangan asli kan?
Gw: Hey, tiap orang punya cara sendiri untuk bersenang-senang.
Monday, July 02, 2007
Ketika Chaos Merindukan Order
"Kamu maunya yang itu? Nanti hubungi saja ..., bilang dari saya."
Thursday, June 28, 2007
Chaotic Week
Ngga tau juga kapan seseorang dikatakan overload(well, mungkin kalau sampai lupa hal-hal detil seperti yang kulakukan tadi pagi), atau berjuang. Hihi, jadi berasa heroik gimana gitu... abisnya kan semua yang kulakukan sekarang mewakili idealisme, pragmatisme, dan kondisi yang kuhadapi. Kalaupun waktu ngga mengijinkan, akhirnya aku harus membuat prioritas. Nah, prioritas ini yang susah, soalnya aku ngga tau mau jadi apa. Jadi selagi bisa, aku coba aja semua.
Wednesday, June 27, 2007
Motivasi
Apa hubungannya coba? Hihi, dengan kata lain motivasiku untuk melakukan sesuatu lebih banyak dipengaruhi oleh orang lain. Waktu menyelesaikan TA aja, aku lebih mikirin bagaimana agar pembimbingku ngga pusing ngeliatin aku yang ngga bisa presentasi dan ngomong. Kebayang ngga, aku udah ngabisin satu papan tulis dengan penurunan rumus, trus baru pas selesai beliau bilang koq aku-nya ngga ngomong. Aku jawab aja, "Kan, Bapak udah ngerti(dengan ekspresi ngga bersalah)."
Sekarang juga aku menjalankan penelitian dengan motivasi biar orang lain senang, dan kalau orang lain senang aku juga ikut senang. Motivasi dari dalam apa ya? Sederhananya sih aku cuma ingin semua orang bahagia, dan itu dimulai dari orang yang ada di sekelilingku. Kalau untuk penelitian, arahannya menjadi bagaimana agar akses ekonomi dapat berlaku lebih simetris. Salah satu contoh pembukaan akses ini dilakukan oleh Hernando de Soto dengan sistem extra-legalnya.
Tuesday, June 26, 2007
Eksperimen Sosial
Mohon maaf kalau ada yang tersinggung.
Salam damai,
Yuti :)
Monday, June 25, 2007
Sore
Ngomong-ngomong tentang dunia luar, aku sampai mules ketika mengikuti Indonesia 2030 sabtu kemarin. Banyak permasalahan yang ditabrakan begitu rupa, dan gelisah yang sudah beberapa tahun lalu kutinggalkan kembali menyergap. Aaarrgh!! Benar-benar bikin lelah.
Sore harusnya sama dengan pulang ya??
Friday, June 22, 2007
Apa sih??
Udah deh bakar aja tuh transkrip.
Menulis
Btw, ternyata menulis tesis itu susah, bahasanya kaku banget, dan aku jadi ngantuk. Whooaammm... abis subuh tadi ngga tidur lagi, karena lagi semangat-semangantnya nulis, ngga taunya di depan kompie otakku hang.
Thursday, June 21, 2007
Tesis
Pertanyaan penelitianku adalah: bagaimana penyebaran pengetahuan mengenai bioenergi dalam relasi perguruan tinggi-industri-pemerintah? Dari kedua narasumberku, sudah terlihat ada trayektori yang berbeda. Narasumber yang pertama, cenderung membuat jejaring dengan melibatkan perguruan tinggi-pemerintah-industri, sedangkan yang kedua pendekatannya lebih ke arah perguruan tinggi-industri. Yang mana yang bagus, belum bisa dipastikan, soalnya dari kedua trayektori ini harus dilihat dampak berantai yang ditimbulkannya. Siapa saja pihak yang diuntungkan, bagaimana prospek jangka panjangnya, wacana-wacana apa saja yang ditimbulkan, aliansi-aliansi apa saja yang dilakukan agar pengaruhnya bisa membesar, intermediary yang digunakan, dll.
Beberapa pertanyaan yang kemudian muncul adalah mungkinkah sebuah usaha bisa dilepaskan dari pemerintah? Soalnya kalau melihat jejeraing yang dibuat oleh narasumberku yang kedua, beliau lebih banyak menjalin kerjasama dengan pihak luar. Sedangkan untuk yang triple helix peran pemerintah masih dianggap, meski hanya sebatas pemberi restu. Selain keduanya, adalagi aktor-aktor yang awalnya cukup dominan dalam pengembangan bioenergi, namun belakangan terdengar kabar mau dibubarkan yaitu timnas BBN. Perannya dalam membuat kebijakan dan koordinasi antara aktor-aktor yang terlibat dengan pengembangan tidak begitu terdengar.
Menarik. Tapi langkah penelitian selanjutnya apa ya? Tampaknya harus mulai keluar kampus, dan menghadiri forum-forum yang lebih besar. RNI, KEI, KUD...
Btw, kayanya aku melakukan persekongkolan deh... aku perlu advice, dan tuu..t perlu informasi. So, terjalinlah kerjasama yang saling menguntungkan. Dengan menggunakan terminologi Callon dalam menelaah translasi, hubungan kerjasama ini bisa digambarkan sebagai berikut:
1. Problematisasi: Pengembangan Bioenergi
2. Kepentingan: aku->tesis, tuu..t-> proyek.
3. Enrolment: email
4. Mobilisasi: bersama-sama memenuhi kepentingan masing-masing.
NB: koq jadi anti-human gini ya??!! Salahin aja tuh market system yang pandangannya materialisme. Huh:(
Debat
Wednesday, June 20, 2007
Bosan
a. Jika kuliahnya tidak menarik, maka Yuti menjadi bosan.
b. Jika Yuti bosan, maka Yuti membaca buku lain saat kuliah.
c. Karena buku lebih menarik daripada kuliah, maka Yuti membaca buku.
d. Karena Yuti bosan di Studi Pembangunan(SP), maka semua kuliah di SP jadi membosankan.
e. Karena Yuti belum tau mau jadi apa, makanya SP menurut Yuti membosankan.
Dengan menggunakan prinsip pengambilan kesimpulan p->q, q->r, jadi p->r, dan mereposisikan pernyataan-pernyataan di atas, diperoleh tiga aliran/trayektori yang menyebabkan Yuti melakukan aksi membaca buku saat kuliah:
1. Karena Yuti belum tau jadi apa, maka Yuti membaca buku lain saat kuliah (e->d->b)
2. Jika kuliah tidak menarik, maka Yuti membaca buku lain saat kuliah (a->b)
3. Karena buku lebih menarik daripada kuliah, maka Yuti membaca buku. (c)
Kira-kira alasan apa ya yang dominan, apakah ketiganya merupakan syarat perlu, atau bisa komplementer?
NB: yang merasa bersalah karena tadi cuek banget di kelas:(
Tuesday, June 19, 2007
Cinta
Saat logika tak berjalan dengan baik
Saat kata teredam binar mata
Saat senyum menjadi segala
Lelah punah oleh kehadiran
Waktu memanjang oleh kerinduan
NB: Duh, ada apa dengan si Yuti? Bahkan blog matematikanya pun teserang virus cinta.
Friday, June 15, 2007
Kata
Bukan seluas laut
Tapi mungil, seperti cangkir
beralas ampas hitam
Biar semua mewujud dalam diam
Hingga kata lahir kembali
Bening...
Entah dalam rupa bagaimana
Atau waktu yang mengapa
Tak mengapa menunggu
Jika itu memang perlu
Bukan kau pemilik waktu
Begitupun aku
Thursday, June 14, 2007
Kepada Seorang Kawan
Tahun bergulir, menghadirkan angka dan bulan serupa. Hari disaat kau dilahirkan. Adakah kau menjadi dewasa? Sudahkah waktu menempamu menjadi pribadi baru, ataukah semua masih sama seperti dulu? Kuharap kau mau bercerita padaku, tentang mimpi, ide, cita yang membuat matamu senantiasa bercahaya. Layar dalam benakku kini tengah memutar film tentang kebersamaan kita, 9 tahun yang tak jua lekang, dan kuharap akan senantiasa bertambah.
Bagaimana kau merayakan harimu? Ah, perayaan mungkin kata yang terlalu angkuh untuk dirimu. Alih-alih raya, kau akan lebih memilih diam dalam ruang hening. Tempat dimana kau bisa merasakan keberadaan dirimu, utuh. Lihat, suratku untukmu jadi kelam, sekelam pintamu padaku beberapa hari lalu. Meski aku mungkin, atau setidaknya mencoba untuk mengerti, tapi tak urung pemintaanmu membuatku sedih.
Aku yakin kau tak pernah menyerah terhadap gelisah, kau terlalu tangguh untuk itu. Meski lelah, meski kadang semua tak memihak, tapi kau tak pernah sendiri. Kau tahu itu kan, kawan? Karena itu kapan tak perlu menjadi persoalan, tapi bagaimana kau mencapainya. Karena itu kupinta Sang Kasih senantiasa menyinarimu dngan cahaya-Nya, karena hanya Dia yang bisa.
Selamat ulang tahun kawan...
Salam sayang selalu,
Kawanmu
Wednesday, June 13, 2007
Wawancara & SMS
Pikiran pertama yang melintas, waduh, jangan-jangan waktu aku mewawancarai, orang yang kuwawancara tersinggung. Pikiran kedua mengingatkan aku pada pesan orang tua ke anaknya, "Jangan lupa bilang terima kasih ya.." Pikiran ketiga, ada kata ajaib tertentu yang harus kuucapkan ketika bertemu dengan orang yang kuwawancarai tersebut. Akhirnya aku memilih pikiran kedua, aku balas sms di atas dengan Terima kasih plus bertanya apa maksud dari sms-nya itu.
Ini wawancara keduaku menyusuri belantara pengembangan bioenergi di Inonesia. Wawancara berlangsung cukup lancar, meski sempat kehabisan pertanyaan, dan kalau udah kaya gini biasanya aku minta narasumberku untuk cerita bebas(lagi-lagi dapat komentar: wah, wawancaranya ngga fokus:D). Sempat tegang juga sih, abisnya aku ditanya tentang pemutusan rantai karbon, tapi untung narasumberku mau orat-oret di kertas.
Hasil wawancara: dapat nomor kontak, presentasi, dan dikenalin ama orang yang mau bantuin tesisku. Sipirriliiii
Monday, June 11, 2007
Khawatir
Saat mendekati terminal, aku bertanya bagaimana caranya ke terminal. Orang yang kutanya langsung mengajakku untuk ikut bersamanya. Kebetulan ia juga mau ke terminal, sambil menggenggam tanganku, aku diajak menyebrang, dan ditunjukkan tempat aman untuk menunggu, karena terminal merupakan tempat rawan.
Kejadian seperti itu nyaris kualami tiap kali melakukan perjalanan. Jangankan di jalan, di kampus saja, pernah ada seorang dosen yang menyapaku karena melihat tampangku yang kebingungan. Saat itu, hari-hariku pertama di kampus, dan aku belum tahu pusat bahasa. Akhirnya dosen yang belakangan kuketahui Kadep EL itu bertanya ke salah satu ruangan di dekat tempatku termangu dan menunjukan tempat yang harus kutuju.
Hmm... mungkin ekspresi wajahku mengkhawatirkan ya? Belum lagi kalau ditambah orang-orang yang dekat denganku. Wuih, kian banyak saja kejadian yang menunjukan bahwa aku ini mengkhawatirkan, padahal aku yang menjalani hidup saja, tak pernah terlalu pusing memikirkan segala macam hal. Entah apakah itu menambah kekhawatiran atau tidak, aku ngga tau.
Nah berikut ini adalah beberapa ekspresi kekhawatiran yang kujumpai:
1. Bertanya: "Kamu kenapa?" "Ada yang bisa saya bantu"
Biasanya ekspresi ini aku jumpai ketika bertemu dengan orang baru.
2. Proaktif
Ada beberapa orang yang melakukan tindakan-tindakan proaktif untuk menolongku. Biasanya hal ini dilakukan oleh orang yang cukup dekat, dan sudah mengenal karakterku. Misalnya dengan melakukan aksi yang menyebabkan aku harus keluar dari gua.
3. Menghakimi.
Whoaa... ini tipe khawatir yang paling menyebalkan. Walaupun kalau pakai otak kiri, aku bisa mengerti alasannya, tapi biasanya tipe kekhawatiran seperti ini bikin aku mental.
4. Diam
Aku tahu kadang aku bikin khawatir beberapa orang, tapi mungkin karena udah terbiasa denganku, mereka mengekspresikan kekhawatiran mereka dengan diam.
Merasa ada yang cocok? :D
Friday, June 08, 2007
Semangat!!!
Hmm... ngomong-ngomong tentang kuliah, aku koq lagi ngga semangat buat bimbingan ya? Tesisnya sih masih maju terus, soalnya aku ini pelahap buku dan studi lapangan tinggal nunggu libur panjang aja. Tentang nulis masih agak macet gara-gara aku masih berpikir ilmu sosial belepotan banget. Jadinya aku lagi mikir gimana ngakalin konsep koordinasi, dan persekutuan dalam terminologi Callon tentang konvergensi bisa nyambung ama konsistensi di matematika. Ide yang terpikir adalah pakai konsep diskrit, yaitu dengan memandang aktor-aktor itu sebagai partisi diskrit. Huahaha, gara-gara asyik ngotak-atik konsep, tulisanku ngga maju-maju, dan mungkin karena konsepku belum mateng, aku jadi males bimbingan. Nunggu sedikit rapih dulu.
Thursday, June 07, 2007
Dunia Kecil
Wednesday, June 06, 2007
24
Tuesday, June 05, 2007
Buku
Jingga
Ah jingga, kini telah berubah jadi kelabu. Awan-awan hitam mulai menebal disertai gemuruh. Bukan hatiku kan yang mengaduh, atau angin kini bukan hanya medium tapi juga menjadi tempat berlabuh? Bagi orang yang tengah jenuh, dan mencari tempat untuk berteduh.
Monday, June 04, 2007
Arung Jeram
Melewati riam-riam awal, aku cukup pede, apalagi dengan kaki yang diselipkan cukup dalam ke perahu, tapi melewati gradien yang cukup curam, akhirnya aku terlempar juga keluar kapal. Dengan air dimana-mana, tanganku menggapai asal. Alhamdulillah, ngga kenapa-kenapa, cuma kuping kemasukan air, dan menelan sedikit air coklat.
Berjalanan berlanjut, dan aku jadi lebih hati-hati, apalagi dari kedua perahu hanya aku saja yang merasakan lemparan itu. Fiuhh.. parah juga, pikirku. Tapi pikiran untuk berhati-hati kembali membuahkan sebuah lompatan yang menyebabkan aku kembali terlempar keluar kapal. Whoaa..., kali ini sih ngga begitu panik, dengan berpegangan pada tali perahu, tak lama kemudian aku sudah kembali ditarik masuk.
Seru, seru, seru!!! Dan pulang-pulang tanganku belang kaya pakai sarung tangan, muka merah, dan hidung agak perih terbakar. Badan? Sedikit pegal-pegal, tapi tetep aja seneng:)
Thursday, May 31, 2007
Gone for A Month
Sayangnya perkalian aljabar ngga berlaku, ngga jelas x ngga jelas = jelas. Jadi kegiatan-kegiatanku yang serba ngga ada aturannya itu, ketika terakumulasi menjadi chaos. Aaaarrrgh!!! Sekarang aku milih jenis kerjaan yang mandiri aja deh...
Tuesday, May 29, 2007
Curiga
Kayanya dosenku nyasar ke blog ini...
Duh, penasaran... penasaran...
Gimana kalau ngaku aja?
Baaaaiikk deh...
Ada
Kalau biasanya kucing yang jadi tokoh, sekarang giliran hantu. Hahaha, apa bedanya hantu ama dark matter coba? Apalagi sains tingkat tinggi dan dongeng hanya dibedakan oleh aktor pembawanya. Buatku yang senang berkhayal sih, bedanya tipis banget, liat aja di ceritanya Pullman yang menggunakan konsep dark matter untuk menjelaskan kesadaran.
Tadi di kelas, dongeng cukup seru untuk menjelaskan konsep ada, dan larinya ke konsep swa. Hmm... aku sih lebih senang menggunakan pendekatan tasawuf untuk menjelaskan berbagai konsep filsafat, khususnya mengenai keberadaan makhluk di bumi yang merupakan tanda-Nya. Karena tanda senantiasa merujuk pada selain dirinya, maka perujukkan yang terus menerus akan merujuk pada Sang Hakiki.
Untuk Papa
Papa … Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat Tapi jasa papa tetap melekat Hangat itu tetap mendekap ...